Pedalku.com – Bagi penggemar sepeda, pasti sudah tidak asing dengan “downhill”. Downhill sendiri dari tahun ke tahun semakin populer. Di Indonesia mulai banyak yang meminati aktivitas yang memacu adrenalin ini. Bersepeda downhill merupakan sebuah cabang olahraga bersepeda khusus mountain biking time trial dengan memanfaatkan gaya gravitasi untuk membukukan waktu tercepat, dengan kontur trek berupa turunan-turunan terjal yang sesekali diselingi dengan drop-off cukup tinggi.

Downhill  menjadi olahraga ekstrem yang akan mengajak pedalis melewati berbagai rintangan sulit yang akan memacu andrenalin. Seiring dengan animo bersepeda downhill di Indonesia, kompetisi downhill juga mulai bermunculan. Salah satu kompetisi downhill yang terbesar dan bergengsi di Indonesia adalah Kejuaraan Nasional 76 Indonesian Downhill, yang merupakan kompetisi balap sepeda downhill tahunan dengan total trek sepanjang 1.448 meter dan diikuti 320 atlet dari sejumlah daerah di Indonesia. Kejuaraan ini terbagi dalam 15 kelas.

Kejuaraan Nasional 76 Indonesian Downhill tercatat dalam event resmi Union Cycliste Internationale (UCI) yang merupakan induk organisasi internasional olahraga sepeda yang diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Tahun ini, Kejuaraan Nasional 76 Indonesian Downhill 2016 seri pertama diadakan di trek Umbul Sidomukti, Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (10/4) lalu. Kelas Men Elite menjadi kelas paling bergengsi dalam kejuaraan ini, terlebih dengan ikut sertanya empat pembalap dari Pelatnas Prima. Khoiful Mukhib sang juara bertahan kembali berlaga bersama Polygon Collosus DH9. Dengan mencatatkan waktu 2 menit 13,999 detik, ia menjadi yang terbaik pada kompetisi ini. Sementara itu peraih podium kedua tahun lalu, Yavento Ditra Pranata (Polygon Factory Team Prima) dengan Polygon Collosus DH9 pada seri pertama ini meraih podium ke lima dengan catatan waktu 2 menit 17,190 detik.

“Hasil yang cukup baik untuk seri pertama, dan harapannya seri selanjutnya akan lebih baik,” ujar Yavento Ditra Pranata.

Meskipun bersaing, Khoiful Mukhib dan Yavento Ditra Pranata memilih tunggangan yang sama, yakni “winning bike” Polygon Collosus DH9. Disebut winning bike, karena selain mengantarkan Khoiful Mukhib dan Yavento Ditra Pranata meraih podium, juga mengantarkan “The big boy” Kurt Sorge menjuarai Red Bull Rampage tahun 2015 lalu.

“Polygon Collosus DH9 sendiri memang didesain untuk ‘Downhill Winning Machine’ yang telah teruji dan juga sudah menjuarai sirkuit UCI World Cup DH,” tegas Fendi Widiatmoko selaku Head of Marketing Communications Polygon Bikes Indonesia.

Jika pedalis penasaran dengan aksi si sepeda pemenang ini, tunggu saja di seri-seri berikutnya.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments