pedalku.com – Brompton tiba-tiba jadi pembicaraan tak hanya mereka yang menggeluti dunia sepeda khususnya sepeda lipat. Namun juga orang awam yang baru ngeh ada sepeda seharga motor sport.

Harga Brompton sekarang ini memang sangat premium dibandingkan dengan sepeda lipat sejenisnya. Paling murah direntang Rp30 jutaan. Sementara paling mahal Rp50-an juta. Mau murah? Ya nyari bekas. Itu pun masih dikisaran Rp20-an juta.

Mengapa harganya mahal? Produknya ekslusif, dalam arti bukan kodian. Buatan tangan. Kualitas memang bagus.

Di Indonesia belum ada distributor resmi (official store) Brompton yang bernama Brompton Junction. Yang ada adalah pemasok atau toko biasa. Padahal pemakai Brompton di Indonesia tergolong banyak. Mengutip dari historia.id, penjualan Brompton pada 2018 menyentuh angka 5.000 unit. Angka itu 10 persen dari total penjualan Brompton di seluruh dunia. Sayangnya, Brompton Junction terdekat dari Indonesia adalah Singapura.

Nah, jika ingin membeli Brompton dari luar Indonesia, tips dari Suko Z Rochidi yang diunggah di Facebook ini bisa jadi rujukan.

Om Suko ini merasakan enaknya Brompton di 2014 saat ia berkeliling di beberapa kota di Belanda. Kepincut pada gowesan pertama, ia pun ingin membawa pulang sepeda itu. Namun ia terkendala soal waktu terbatas, dana, dan informasi mengenai cara membawa masuk sepeda itu ke Indonesia. Ia pun menunda keinginan itu.

Lima tahun kemudian niat itu baru terlaksana. Om Suko pun meminang Brompton S2L Raw Lacquer. “Sepedanya terlihat buluk, karena enggak dicat. Tapi di situlah seninya,” tulis Om Suko.

Nah, berikut ringkasan pengalaman Om Suko.

Bagaimana membelinya dan berapa harganya? Harga toko dan harga website itu sama persis. Jadi, sebelum beli cek dulu harga di website resmi Brompton. Kalau mau pesen warna dan spesifikasi khusus, minimal dua minggu sebelum kita ambil barangnya dan harus bayar lunas!

Kebetulan Om Suko beli sepeda yang ada di stok saja, di sebuah toko di Amsterdam. So, tinggal bayar cash and carry. Rentang harga antara 1.000 – 1.700 euro untuk tipe yang bukan edisi spesial dan sepeda listrik. Pembayaran bisa tunai atau gesek kartu kredit. Mereka sih suka kartu kredit, cuma Om Suko menyarankan tunai saja. “Convertion rate-nya Visa kejam!” Om Suko memberi alasan.

Di mana membeli? Ada dua pilihan. Toko resminya Brompton (yakni Brompton Junction) atau toko sepeda biasa yang jual Brompton. Untuk harga, kedua toko punya banderol yang sama, sesuai website resmi Brompton.

Lantas apa beda kedua toko itu? Toko resmi hanya menjual sepeda yang sesuai dengan spesifikasi dari pabrik. Sementara toko sepeda biasa bisa memberi harga miring karena asesoris yang tidak kita butuhkan bisa dicopot.

Lakukan tes gowes. Sebelum meminang mana yang akan dibawa pulang, cobalah lakukan tes gowes. Cobalah semua tipe yang ada: S, M, dan H. Toko selalu menyediakan sepeda demo. Pilih yang paling sesuai dengan karakter gowes pedalis.

Bagaimana mengepaknya? Setelah transaksi, sepeda akan dites sekali lagi untuk memastikan semua fungsi berjalan baik oleh teknisi toko. Tanpa melalui prosedur itu, sepeda enggak akan di-pindahtangan-kan ke konsumen. Untuk pengepakan bisa dalam kardus standar pabrik, atau beli hard case khusus sepeda lipat. Harga hard case khusus ini sekitar 200 euro. Dari pengalaman Om Suko yang memilih pengepakan pakai kardus ternyata aman selamat sampai di Jakarta.

VAT Refund. Ini penting lo! Pilih toko yang bisa proses VAT refund dan sediakan faktur. Tanyakan dulu sebelum transaksi karena sebagai orang asing di sana, kita tidak punya kewajiban bayar pajak. Jadi Value Added Tax (VAT) itu akan dikembalikan melalui proses yang mudah di bandara atau secara daring. Lumayan besarnya: 12% – 21%!

Om Suko memberi contoh sepedanya. Ia membeli sepeda seharga 1.420 euro. Dapat VAT Refund sebesar 12%. Sekitar 173 euro (sekitar Rp2,8 juta). Namun yang paling penting minta STAMP CUSTOMS di bandara. Tanpa stamp dari bea cukai kita enggak bisa proses pengembalian pajaknya. “Saya waktu itu di Schipol Amsterdam, dengan menunjukan faktur pembelian, fisik sepeda, paspor, dan tiket penerbangan, langsung di-stamp fakturnya,” tutur Om Suko. Lalu lakukan proses pengembalian pajak sebelum terbang ke Tanah Air dengan mengisi form yang disediakan.

Bagaimana check in di bandara? Setelah proses VAT Refund selesai, sepeda bisa kita masukan ke bagasi. Biasanya mereka akan tanya ini kardus isi apa? Setelah tahu sepeda, maka akan dikategorikan Odd-Size Luggage atau bagasi dengan ukuran khusus. Counternya beda lagi nanti. Kebetulan Om Suko naik Emirates jurusan Amsterdam-Dubai-Jakarta. Ia kemudian dijelaskan cara check in-nya. Awalnya check in normal dulu, setelah itu baru sepeda dibawa ke counter check-in khusus alat olahraga seperti sepeda, alat golf, atau papan selancar. Oya, berat si Brompton 11 kg.

Bagaimana proses di bea cukai Bandara Sukarno-Hatta? Sesampai di Bandara Soetta, sepeda bisa langsung diambil di tempat klaim bagasi ukuran khusus. Setelah bikin customs declaration, langsung berhadapan dengan petugas bea cukai. Cek barang dan silahkan itung-itungan deh. Mereka akan minta bukti pembelian, menghitung pajaknya, dan bayar di tempat (tunai atau pakai kartu debit). Sebagai ilustrasi sepeda Om Suko dibeli dengan harga sekitar AS$1500, maka akan dikurangi AS$500 lebih dulu (AS$500 adalah nilai maksimum barang yang tidak kena pajak). Hasilnya dikalikan dengan 27,5%. Diperoleh angka AS$275. Inilah besaran pajaknya, atau sekitar Rp4 jutaan.

Bagi yang punya NPWP akan langsung dimasukkan dalam setoran pajak atas NPWP Anda. Petugas akan memberikan tanda terima setoran pajak yang berisi detail pajak yang dikenakan. Setelah proses selesai, kita bisa membawa sepeda itu pulang dengan tenang.

Kesimpulan. Murahan mana beli di luar Indonesia dibandingkan beli di sini? Murahan di luar, apalagi kalau tidak menghitung biaya tiket pesawat. Mungkin karena di sini belum ada distributor resmi pemegang merknya. Padahal pengguna Brompton itu paling banyak di Indonesia.

Demikian, semoga bermanfaat bagi pedalis. Jika ada yang kurang akurat silakan komentar ya …

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments