Netfit.id – Event Audax memang tak seramai event sepedaan lain semisal Grand Fondo. Dengan jarak yang jauh dan mandiri membuat Audax hanya digemari segelintir pesepeda. Sampai ada yang bilang: 4L. Lu lagi lu lagi.
Namun belakangan mulai banyak orang mengikuti event ketahanan bersepeda berbatas waktu ini. Bisa jadi karena efek pandemi yang justru menyburkan aktivitas bersepeda sebagai salah satu sarana menjaga imunitas tubuh. Dalam event Yogyakarta Ultra Cycling Challenge (YUCC) dengan jarak 1.000 km dan 200 km, slot yang ada sudah habis sebelum tenggang yang diberikan.
Dengan konsep jarak jauh membuat event ini tak banyak menghasilkan kerumunan. Modifikasi start yang dinamis membuat peserta tak harus menunggu waktu start. Begitu siap, dia langsung bisa “Ngaudax”.
Yang menjadi catatan untuk Audax kali ini adalah kategori baru 1.000 km. Selama ini, jarak terjauh yang digelar Audax Randonneurs Indonesia (ARI), penyelenggara Audax di Indonesia, baru 600 km. Tahun 2020 dan 2019 di selenggarakan di Yogyakarta, 2018 di Solo.
“Ide (kategori) 1.000 km diawali karena sudah ada 600 km kenapa enggak 1.000 km. Di negara tetangga, Malaysia, sudah ada,” kata Bob Bharuna dari ARI.
Meski sudah pernah menyelenggarakan 600 km, nyatanya tak mudah mencari rute tambahan 400 km. “Kesulitannya, tak semua jalanan sama kondisinya. Ada yang bagus, ada yang jelek. Keriting. Kemarin pas survey, ada tanjakan keriting, eh turunan keriting juga,” kata Bob. Keriting di sini maksudnya berlubang di sana-sini atau banyak aspal yang sudah mengelupas.
(Untuk efisiensi kayuhan, banyak peserta Audax menggunakan sepeda jenis balap atau roadbike. Kalaupun menggunakan sepeda jenis lain, mereka cenderung mengganti an dengan tapak yang sempit. Hampir semua jalan yang dilewati rute Audax jalan aspal.)
Diakui Bob, kesulitan membikin event bersepeda jarak jauh ya infrastruktur yang enggak merata bagusnya. Padahal, alam Indonesia sangat bagus. “Bagus sekali. Sayang saja enggak didukung dengan jalan yang bagus. Jadi pas kita pilih jalan bagus, pemandangan kurang bagus,” ujar Bob yang pernah mengikuti event sepeda jarak jauh di luar negeri ini membandingkan.
Dari event-event yang pernah diikuti itu, Bob meracik menu Audax di Indonesia. Meski banyak dari event itu tak tuntas diselesaikan Bob sesuai waktu yang diberikan panitia. Termasuk ketika dia mencoba menyusuri bakal rute YUCC 1.000K dari atas sadel. “Karena pakai sadel baru. Cuaca juga kurang mendukung. Hampir 80 persennya hujan. Jadi waktu sampai Demak saya cedera di pantat. Tidak lanjut akhirnya,” tutur Bob.
Bob berharap YUCC 1.000K bisa menjadi awal event 1.000 km pertama yang sukses di tengah pandemi ini. “Event ini berbeda dengan event sepeda lainnya. Tidak bergerombol. Sendiri-sendiri. Maksimum empat orang satu grup. Tetapi saling menyepakati prokes,” saran Bob buat peerta Audax.
Untuk kategori 1000K dibatasi 50 peserta. Beberapa mengundurkan diri kaena masalah kesehatan. Dengan batasan waktu 75 jam, semoga semua bisa finish tanpa masalah.
Add comment