Netfit.id – Bandung – Menu saat berkemah biasanya yang praktis-praktis saja. Mi instan, nasi goreng, atau telur dadar sering jadi pilihan. Namun, di acara Flintstone Camp, yang digelar Sabtu dan Minggu (27-28/3) lalu ada suguhan barbeque dengan daging pilihan yang biasa dimasak restoran terkemuka di Bandung.

Kok bisa? Begini ceritanya ….

***

Malam sudah beranjak pagi. Rutinitas saya, pria yang sudah berumur, selalu terbangun karena ingin kencing  ketika malam mulai menginjak jam-jam kecil. Tak terkecuali ketika sedang nenda sekalipun.

Beruntung di camping ground Kandang Batu, di wilayah Bukanegara, Cisalak, Subang, Jawa Barat, tempat saya mendirikan tenda itu ada kamar mandi semi permanen dengan air yang bersih dan melimpah. Segar!

Acara buka tenda ini bagian dari Flintstone Camp, sebuah acara sepeda yang dikombinasikan trekking, kuliner, dan tentu camping. Karena masih pandemi, acara ini hanya diikuti kalangan terbatas dengan jumlah peserta belasan saja.

Flintstone Camp digagas oleh Taruna Hiking Club (THC). Tujuannya ingin mengenalkan Kandang Batu sebagai salah satu tempat camping ground yang menarik di wilayah Bukanagara Subang.

Tak hanya itu, potensi alam di kawasan ini juga layak dijelajahi. Ada trek yang sangat menarik dan seru untuk trail run dengan view kebun teh dan bukit yang berlapis-lapis dikerumuni kabut. Belum lagi beberapa curug yang masih perawan dengan air yang jernih.

Setelah dua kali dilakukan survei, akhirnya acara yang diberi title Flintstone Camp ini dieksekusi bareng oleh THC dan Tim Jelajah Lintas Nusa (JLN).

***

Saya buka retsleting tenda. Ternyata di luar, udara tak begtu dingin. Maaf saya tak bisa memastikan berapa suhu udara dini hari itu. Saya tak sempat buka aplikasi pengukur suhu udara. Tapi sebagai gambaran, baju flanel sebagai pelapis t-shirt ternyata sudah cukup sebagai penahan dingin.

Sementara dari beberapa tenda, terdengar suara dengkuran dari yang halus sampai yang keras, beradu dengan suara serangga malam yang juga tak kalah riuhnya.

Sepertinya para peserta Flintstone Bike Camp cukup kecapean. Setelah santap malam dengam menu barbeque daging sapi, domba, plus sosis yang semua dibeli dari toko daging milik Yudi Nur, pesepeda dari Bandung, sekaligus pemilik Resto It’s Nice to Meat You di Jalan Ciliwung Bandung. 

Menu tersebut ditemani dengan kentang rebus, salad, dan tentu sayuran berupa jagung, buncis, irisan wortel agar asupan untuk peserta bisa lengkap. Pilihan saos pun cukup beragam, menyesuikan selera peserta.

Semua menu istimewa itu bisa tersaji sesuai waktu dan rencana berkat kerja sama dua koki andalan JLN dan THC, Nugroho F Yudho dan Fany Primaniati serta racikan aneka rasa kopi, Om Henk Henk atau yang di kalangan pesepeda dipanggil Cincau.

Jadi, untuk urusan makan ditopang Om Nug dan Tante Fanny, sementara untuk minuman bagian dari Om Cincau. Tiga serangkai ini bikin urusan perut menjadi aman.

Menu makan istimewa ditambah menu gowes dan trekking yang juga seru bisa jadi membuat para peserta ini kecapean. Jam tidur pun jadi lebih awal dan pulas.

Rute gowes Flintstone Camp sebenarnya tak lebih dari 40 km sekali jalan. Tapi nyaris 70 persen porsi nanjak. Start dari Rumah Asri, Setrasari Kulon Bandung menuju Lembang.

Rute yang dipilih bukan rute biasa. Untuk menuju Rumah Ronia Lembang yang jadi persinggahan pertama, peserta diajak gowes lewat Cipaku yang awalnya disuguhi turunan tapi rute berikutnya miring terus meski sesekali melewati jalan datar, khususnya saat melintasi perumahan.

Lantaran turunan cuma sekali tapi selanjutnya dipaksa nanjak berkali-kali, maka orang menyebutnya “Turunan PHP”.

Yang seru, peserta juga mampir di Tanjakan Jengkol yang sempat viral itu. Tiga peserta, Iman, Om Sony, dan Rei, yang beberapa waktu berhasil menyelesaikan Yogyakarta Ultra Cycling Challenge 1000 K berhasil mendaki dengan mulus.

Terlebih Om Sony. Meski usia tak muda lagi, tapi menyaksikan cara dia menanjak dengan kecepatan yang nyaris merata di segala kemiringan, kelihatan bahwa beliau sangat paham betul bagaimana melewati tanjakan dengan efektif tanpa ngos-ngosan.

Di Rumah Ronia, peserta disuguhi aneka Roti Belanda yang masih hangat dan minuman jahe merah yang bisa dikombinasikan dengan madu. Semua bahan-bahan itu asli produksi Rumah Ronia.

Melihat jumlah menu yang dihidangkan, sepertinya panitia sengaja menyuguhkan asupan yang “nendang” untuk bekal peserta nanjak di Ciputri dan menuju Puncak Eurad.

Sekitar pukul 14.00 akhirnya peserta tiba di villa yang dijadikan persinggahan kedua. Di tempat ini, peserta disuguhi makan siang dan persiapan untuk trekking menuju Pasawangan yang punya view indah berupa bukit berlapis-lapis dan sawah berundak. Tak jauh dari Pasawangan ada curug meski tak begitu besar.

Selalu ada kejutan di setiap etape. Untuk trekking sejauh 2 km ini, selain harus meniti pematang sawah yang tanahnya gembur, juga harus melewati jembatan “ogal agil” yang menuntut keseimbangan untuk melewatinya. Ada insiden seru saat trekking ini? Ada sih, tapi tak layak dipublikasikan di sini.

Kejutan lainnya, tiba-tiba peserta berhenti di pengolahan gula aren. Di tempat ini mereka bisa pesan gula aren dan yang seru bisa mencicipi air nira yang baru saja dipanen dari pohonnya. Minuman segar dan manis yang asli, belum dicampur bahan lain.

Setelah finish di Penyawangan, peserta diangkut dengan dua mobil Land Rover ke Kandang Batu, tempat mereka ngecamp. Hanya Land Rover atau kendaraan 4×4 yang disarankan untuk menuju lokasi ini. Maklum, beberapa jalan berlubang dan tanjakan-tanjakannya ekstrim.

***

Di atas bulan bersinar bulat. Tapi cahayanya tampak redup, tertutup awan kelabu. Saya khawatir, akankah pagi nanti akan turun hujan? Setelah menuntaskan hajat, saya pun kembali masuk tenda sambil membayangkan nasib peserta Flintstone Camp bila esok hari hujan. Perlahan mata pun terpejam, didera kantuk yang hebat. Kekhawatiran pun sirna terbawa ke peraduan.

Saya terbangun ketika adzan subuh. Meski jauh dari perkampungan ternyata masih terdengar suara adzan meski lamat-lamat.

Ada dua tempat yang bisa dipakai untuk sholat di lokasi itu. Selain di mushola, ada batu rata yang bisa untuk mengelar sajadah. Di tempat tersebut juga jadi tempat favorit karena bukan saja view-nya yang indah, tetapi juga arena yang ada sinyal selulernya.

Kandang Batu memang penuh dengan batu-batu besar. Tapi secara perlahan, lokasi yang menjadi markas THC ini ditata menjadi tampat yang eksotik. Ada batu besar dan rata yang biasa dijadikan untuk meja, tempat meletakkan makanan dan barang lain. 

Ada juga area yang sengaja diset sebagai lokasi api unggun. Tempat itu cukup unik karena dikelilingi dengan batu yang bisa dijadikan tempat duduk sambil menghangatkan badan.

Waktu subuh ternyata cuaca berubah drastis. Awan terlihat biru. Saya pun tak sabar mengambil mini tripod dan handphone untuk membuat time lapse dengan objek Bukit Orem yang saya yakini akan indah karena mendapat cahaya matahari pertama.

Ada peserta yang menunggu sarapan matang sambil ngopi dan ngemil makanan kecil sisa semalam. Namun ada juga yang masih terlelap di tenda dan baru bangun ketika makanan sudah matang.

Saya lihat sudah ada kesibukan di dapur. Saya pun meninggalkan handphone dan membantu menyiapkan sarapan pagi berupa roti isi kornet, mi goreng, telur dadar, serta nasi goreng. Sementara Om Cincau tiada henti menyeduh aneka kopi.

Ada tiga menu sarapan tapi tidak disajikan bersamaan. Roti isi kornet menjadi pembuka. Setelah sarapan ala barat ini disantap peserta dan akhirnya tandas, panitia menyiapkan mi goreng dan nasi goreng yang diolah di dua dapur yang terpisah.

Mi goreng berteman telur dadar pun duluan matang yang langsung dihidangkan untuk peserta yang tak kebagian menu sebelumnya maupun yang sudah menyantap roti kornet. Menu sarapan terakhir adalah nasi goreng sosis yang dimasak Tante Fanny dengan toping irisan telur dadar. Menu terakhir ini pun ludes tak tersisa.

***

Ya, di Kandang Batu, atau di tempat kemping yang jauh dari “peradaban”, makan apa saja enak. Namun panitia Flintstone Camp ingin menyuguhkan dari sekedar menu kemping biasa. Maka dipilih ada acara barbeque. Dan bahan-bahan pun dipilih yang istimewa.

Mungkin ini yang menjadi nilai plus Flintstone Camp. Seperti acara sebelumnya, Jelajah Sepeda Ujung Kulon, kuliner juga jadi nilai utama. Kala itu, ada hidangan ikan bakar yang tersaji saat peserta nenda di Legon Pakis, Oktober 2020.

Nah bila kuliner ini jadi menu wajib setiap acara sepeda yang digelar JLN, tentu akan menjadi ciri khas acara-acara yang digelar. Toh sebenarnya tak mengada-ada, soalnya antara bersepeda dengan kuliner itu sangat erat hubungannya 

Cak KRIS

Suka lari, sepeda, dan kegiatan luar ruang. Aktivitas ini sering dituangkan dalam tulisan, foto, video di sosial media, wesbite atau untuk kebutuhan cetak. Tujuan utamanya, hanya sebagai dokumentasi, agar terekam jejak digitalnya. Syukur-syukur bisa menjadi inspirasi atau malah bisa berbagi keberkahan. Salam Sehat.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments