netfit.id – Bagi Abdul Goffar Al Mubarok, pelari asal Cirebon, keikutsertaannya di lomba lari lintas alam Coast to Coast 11-12 Juni 2022 kali ini seperti menggenapi frasa yang pernah diucapkan Julius Caesar dalam surat kepada Senat Romawi pada setelah memenangi pertempuran Zela. Datang, lihat, menang!
“Padahal persiapan saya minim menjelang CTC ini. Saya baru sembuh dari cedera awal April lalu. (Jadi) hanya ada dua bulan latihan dari nol sampai race day. Sadar level fitness saya rendah karena kurang latihan, saya hanya pasang target finis sehat selamat saja,” begitu kata Goffar (26), panggilannya.
Turun di kategori 50K tentu membutuhkan fisik yang mumpuni. Apalagi rutenya memiliki akumulasi tanjakan 1.360 m. Setara bangunan berlantai 450-an tingkat.
Cedera itu bermula ketika Goffar pada pertengahan Februari ikut Ciremai Duo Ultra Challenge 60 km Run, ultra road. “Terlalu cepat di turunan panjang 17 km. Sampai finis paha kiri bengkak dan kena ITB. Saya sempat off lari sampai hampir dua bulan,” akunya.
(ITB atau lengkapnya sindrom Iliotibial band adalah cedera akibat menggunakan jaringan ikat paha bagian luar dan lutut, yang disebut jaringan ikat iliotibial, secara berlebihan.
Jaringan ikat iliotibial merupakan jaringan ikat yang kuat dan tebal yang terbentang dari tulang pinggul hingga ke lutut dan bagian atas tulang kering. Jaringan ini berfungsi untuk menjaga kestabilan bagian luar lutut ketika bergerak dan membantu pergerakan sendi panggul.
Cedera pada jaringan ikat iliotibial menyebabkan nyeri pada bagian luar lutut, terutama saat berlari atau ketika tumit menapak ke tanah. Sindrom ini sering terjadi pada olahragawan yang sering menekuk lutut, misalnya pada pelari jarak jauh, pesepeda, dan pendaki.)
Nyatanya, Goffar kemudian belajar banyak dari dari cedera tadi. Menyadari waktu tinggal dua bulan, ia tidak ngoyo dalam menyiapkan diri. Tidak mau terlalu cepat menambah mileage (total jarak berlari selama seminggu). “Setiap pekan saya menambah mileage secukupnya dengan mayoritas latihan intensitas rendah – sedang, kadang latihan interval atau latihan intensitas tinggi. Mileage puncak saya bahkan cuma sampai di 53 km/pekan. Untuk dapat performa yang baik jelas 53 km per minggu week sangat kurang. Tapi ya tingkat kebugaran saya baru sampai segitu. Saya tidak terlalu memaksakan diri, belajar dari cedera yang lalu,” tutur Goffar yang mulai intens rutin latihan lari sejak akhir 2020, setelah sebelumnya hanya jogging tanpa program, mendaki, atau kadang bersepeda.
Hasilnya?
“Kemarin, alhamdulillah dapat podium dua. Hadiahnya berupa merchandise dari sponsor CTC. Hoka Speedgoat 5, Jersey Summit, Bars & gels Strive, Madu Sumac, dan Kahfi.”
Menurut Goffar, rute kategori 50K secara keseluruhan sangat variatif. Mulai dari pasir, aspal, tanah, batu, beton, sampai jalur air. “Turunan sebelum tanjakan cinta sangat curam, licin, berbahaya apalagi saat hujan seperti kemarin,” tambahnya.
Di lintasan sendiri Goffar merasakan pusat hidrasi (Water Station) dan pemandu lintasan (marshall) cukup baik. Marka juga cukup rapat sehingga meminimalkan orang tersesat. Hanya saja, tidak semua WS menyediakan teh hangat yang sangat dibutuhkan pelari di malam yang dingin.
Menutup obrolan, Goffar memberi sedikit keluhan terhadap CTC kali ini. “Secara keseluruhan CTC 2022 terlaksana dengan baik. Tapi saya tidak mendapatkan informasi technical meeting sebelum race sehingga sedikit buta kondisi rute, letak CP, COT di CP, marka, dan refreshment apa saja di WS. Hal-hal teknis kurang begitu jelas sebelum race. Selain itu contact person admin (media sosial) kurang responsif, berdasarkan pengalaman saya dan teman yang mengajukan pertanyaan sebelum race.”
Selamat ya Goffar, dan buat yang lain, kisah Goffar ini semoga menjadi inspirasi. Selama dipersiapkan dengan matang dan tahu kondisi badan, finish strong pun bisa. Malah dapat bonus podium!
Add comment