pedalku.com – “Move on dong. Saatnya BTS Ultra,” begitu komentar seorang pelari di dinding Facebook-nya.
Saat itu lagi ramai dibicarakan Jakarta Marathon 2017 yang juga diikuti oleh pelari itu. Banyaknya drama yang terjadi di Mandiri JakMar2017 memang menghangatkan linimasa beberapa media sosial selepas lomba yang diselenggarakan pada 29 Oktober itu. Sementara event BTS Ultra diselenggarakan 1-4 November 2017.

(BTS Ultra 100 merupakan lomba lari lintas alam yang mengambil lokasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Ada empat kategori yang diperlombakan, yakni 30K, 70K, 102K, dan 170K. Kategori 30K mengambil lokasi pelarian di seputaran lautan pasir Bromo, sementara yang 70K ke atas sampai ke Kalimati G. Semeru.)

Drama di Mandiri Jakarta Marathon 2017 bermula dari arena lomba yang dibuka sangat mepet. Begitu juga dengan drop bag. Di lain sisi, start lomba tidak sesuai dengan jadwal.

Terlambat?

Nah, inilah yang bikin kacau. Start tidak terlambat, tapi justru dipercepat. Bisa masuk MURI nih, karena jarang sekali lomba lari start-nya lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.

Drama itu disusul oleh drama-drama lain, termasuk sosok cewek bersendal dengan dandanan anak mal ikut kefoto dengan BIB kategori Full Marathon.

Nyataya drama Jakmar itu bergeser ke BTS Ultra 100 yang selang seminggu. Drama apa yang terjadi di BTS Ultra 100 kali ini?

Yang paling santer terdengar adalah diare berjamaah. Akibatnya, beberapa peserta – terutama kategori 70K memutuskan DNF alias Did Not Finish.

Ada yang mencurigai penyebabnya adalah nasi rawon yang disediakan panitia sebagai carboloading pada Jumat siang (3/11/2017). Soalnya, yang tidak ikut makan rawon aman-aman saja.

Kategori 70K yang diikuti 372 peserta memang yang paling apes. Mereka start pada pukul 01.00 (4/11/2017) sehingga masih bisa menikmati nasi rawon itu. Masalahnya, efek dari makanan penyebab diare mulai enam jam setelah makan. Alhasil, sewaktu start mereka ada yang sudah terkena diare, ada yang masih gejala.

Feby Sofia Bunda, kapten RFI Trail, peserta kategori 70K saat di Ranu Kumbolo.

Masalahnya, rute dari tempat start di Lava View Lodge, Cemorolawang, Probolinggo, Jawa Timur, menyusuri jalan setapak pegunungan di sisi lautan pasir sebelum turun ke Bukit Teletubbies dan nanjak jalan setapak di pinggiran Puncak B29. Banyak serangan diare muncul di wilayah ini.

“Saya terpaksa menahan diare pas mau turun ke lautan pasir Bukit Teletubbies dan akhirnya pup di lautan pasir,” kata sumber pedalku.com yang sambil tersipu-sipu menjawab bahwa ia langsung pakai celananya tanpa melakukan ritual cebok. Lagian mana sempat?

Serangan diare itu bervariasi. Beberapa peserta mengakui bisa sampai lima kali pup. Bahkan ada yang sampai 13 kali.

“Banyak peserta yang pup di celana. Di tanjakan B29, berjejer orang pup dari atas ke bawah. Sampai sudah ada yang tak malu untuk pup di depan peserta lain karena saking tak tahannya,” cerita seorang peserta.

Beruntung mereka yang ikut 30K, masih bisa mengobatinya karena start di pagi hari 4/11/2017. Sumber pedalku yang ikut kategori 30K mengaku bahwa mulai diare pukul 19.00 sampai sekitar 01.00 esok harinya. “Lebih dari lima kali buang air. Jam 5 pagi baru ada tanda-tanda berhenti diare,” katanya.

Feby Sofia Bunda, kapten RFI Trail saat di Kalimati.

“Gak seru BTS tahun ini kalau enggak diare,” celetuk peserta yang lain.

Drama lainnya terjadi pada saat pengambilan RPC. Bisa jadi karena peserta tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dari daftar peserta di btsultra.com tercatat ada 1.089 peserta, dengan rincian 30K (506), 70K (72), 102K (161), dan 170K (50).

Panitia sepertinya kurang mengantisipasi dan mempersiapkan RPC dengan baik. Jadi ada tiga tahap antrian yang harus dilalui peserta: pengecekan peralatan yang dibawa peserta, pengambilan BIB dan jersey, serta gelang penjejakan lokasi (livetracking).

Drama yang membuat peserta untuk merenungkan untuk mempersiapkan diri jika ingin ikut lomba lari ekstrem adalah meninggalnya salah seorang peserta kategori 70K, Andi Nursaiful (48).

Semoga kejadian yang muncul dalam waktu berselang seminggu itu semakin memicu panitia lomba lari untuk memperbaiki diri.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments