Netfit.id – Semua akan menjadi virtual pada akhirnya. Pembatalan atau penundaan race akibat pandemi Covid-19 menyebabkan sejumlah penyelenggara race, termasuk maraton utama dunia (world marathon majors) menawarkan race virtual. Bahkan, saat ini virtual run (VR) menjamur. Bukan saja race organizer yang menyelenggarakannya, tetapi sepertinya saat ini siapa pun, instansi, perusahaan hingga komunitas ramai-ramai membuat lari virtual.

 “Saya mendingan pilih VR yang bergengsi saja, daripada kebanyakan virtual run tapi enggak jelas,” ujar seorang pelari di sebuah WhatsApp Group.

Pandemi Covid-19 membuat enam maraton utama dunia (world marathon majors) pun memang terkena dampaknya. Dimulai dengan pembatalan Tokyo Marathon untuk pelari umum dan hanya untuk pelari elite, lima WMM lainnya ada yang ditunda, diundur jadwalnya dan dibatalkan. Demikian juga di Indonesia, belasan mungkin puluhan event lari yang sedianya digelar tahun ini dibatalkan atau ditunda.

Tokyo Marathon dan London Marathon yang membatalkan kepesertaan pelari rekreasional tetap menyelenggarakan lomba maratonnya tetapi hanya untuk pelari elite dengan prosedur ketat. London Marathon misalnya, mereka memberlakukan semuanya dengan “super steril”. Sebuah prosedur “biosecure bubble” seluas 16 hektar dikondisikan untuk para atlet, pacer dan staff agar mematuhi protokol kesehatan untuk pencegahan penularan korona.

Semua orang berada dalam area tersebut harus taat memenuhi protokol kesehatan. Selain semua wajib menjalani test bebas Covid-19, untuk menjaga jarak mereka diwajibkan menggunakan pendeteksi jarak. Saat lomba berlangsung pun tidak terlihat para penonton sepanjang jalan seperti terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sebuah langkah yang sepertinya masih “mustahil” dilakukan di Indonesia dan butuh disiplin sangat tinggi untuk menjalankannya.

Untuk mengobati rasa kangen, lari virtual pun digelar. Para pelari yang kadung terdaftar di London Marathon hingga Boston Marathon berlari di tempat masing-masing. Sejumlah komunitas mencoba menciptakan suasana lomba di tempat mereka berlari. Kawasan SCBD Jakarta, Alam Sutera hingga kawasan Gelora Bung Karno menjadi pilihan untuk lintasan mereka. Postingan mereka pun meramaikan lini masa media sosial.

Sebenarnya lari virtual bukanlah hal baru. Sebelum wabah Covid-19 menyerang, sejumlah penyelenggara lari virtual, termasuk yang berbasis aplikasi, menawarkan lari virtual. Untuk menarik minat peserta, penyelenggara menawarkan medali atau jersey keren. Agar peserta mau ikut terus menerus secara berkala event virtualnya, medali pun dibuat berseri dengan berbagai tema.

Berbarengan dengan pandemi,  kini semua orang membuat virtual run. Tidak lagi terbatas di penyelenggara lari, tetapi juga komunitas bahkan brand-brand tertentu pun menyelenggarakan VR. Tentu saja hal tersebut merupakan sebuah upaya bagus agar orang tetap mau bergerak, berolahraga agar tetap bugar dan menjaga imunitas tubuh.

Banyak Manfaat

Mengikuti VR sangat dianjurkan agar kita tetap rajin berlatih dan menjaga kebugaran. Untuk VR terpilih, kita bisa menjadikannya seperti race biasa dengan menentukan target-target. Dengan demikian, program latihan dan disiplin pun diperlukan.

Tidak perlu semua VR diikuti. Kita bisa memilih untuk mendaftarkan diri VR yang keren. Pilihan itu bisa beragam mulai dari penyelenggaranya, jersey, medali atau lari untuk amal agar membuat kita termotivasi untuk terus berlatih. Lebih menarik dan seru jika di antara sesama teman kita membuat challenge menarik dan membuat semacam leaderboard.

Memilih VR di jauh-jauh hari memungkinkan kita untuk tetap berlatih lebih lama. Tentukan kategori jarak yang dipilih dan tetapkan target waktu untuk mengejar catatan waktu terbaik, misalnya. Dengan demikian, kita akan menjalani program latihan sebagaimana layaknya akan mengikuti event race beneran.

Walaupun VR, sebagai pelari yang baik biasanya membaca “rule and regulation” setiap VR yang akan kita ikuti. Misalnya, aplikasi apa saja yang bisa digunakan, bagaimana cara upload hasil lari, apakah single submit atau boleh dilakukan lari beberapa kali.

Jika ada yang bilang, virtual run ini rawan kecurangan atau rawan manipulasi ya kemungkinan itu bisa saja. Misalnya, peserta menggunakan sepeda, motor atau menitipkan sport watch-nya kepada teman. Akan tetapi sepertinya kemungkinan itu sangat kecil sekali. Seperti umumnya olahraga lain, para pelari adalah mereka yang menjunjung tinggi sportivitas. Jadi sangat kecil kemungkinannya. Jangankan virtual, lari maraton saja bisa potong jalan, bukan? Tetapi itu tentu sangat memalukan.

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments