netfit.id –  Bersepeda di jalan tanah, berbatu, naik turun bukit. Itu kondisi tahun 2013 saat berpetualang menuju Taman Nasional Ujung Kulon melewati desa Cibaliung sampai Desa Taman Jaya.

Ketika penjelajahan itu diulang tujuh tahun kemudian, tepatnya pada September 2020 saat acara sepeda “Jelajah Sepeda Ujung Kulon”  dengan jalur lain yang start dari Tanjung Lesung, kondisinya sudah banyak berubah. 

Jalan mulus membentang di pesisir pantai yang sempat diterjang tsunami pada tahun 2018 lalu. Perbaikan infrastruktur jalan itu dapat dirasakan sejak dari Tanjung Lesung hingga Desa Sumur.

Barulah ketika memasuki perbatasan Desa Taman Jaya kira-kira 10 kilometer dari Desa Sumur, kondisi jalan berbalik seratus delapan puluh derajat. Ban-ban sepeda harus menapak jalan tanah dan bebatuan. Peserta yang membawa sepeda road harus ekstra hati-hati. Di satu sisi, peserta yang menunggangi MTB bisa ajrut-ajrutan di trek ini.

Bukan hanya road bike dan seli yang tak direkomendasi melintas di jalur ini, mobil kategori ground clearance rendah tidak disarankan masuk kawasan ini.

Bukan pemandangan aneh, mobil jenis ini tiba-tiba berhenti dan “nyangkut” di jembatan. Bikin repot, bukan hanya penumpangnya, tetapi juga pejalan lain.

Namun di balik kondisi jalan yang “hancur”, pemandangan sekeliling menuju Legon Pakis sungguh menyejukkan mata. Hamparan sawah yang luas terlihat saat kita menengok ke kiri. Sementara di kanan akan membentang pantai dan lautan. 

Kampung Di Ujung Barat

Kampung Legon Pakis berada di ujung barat pulau Jawa. Di sini peserta Jelajah Sepeda Ujung Kulon membuka tenda. Ada camping ground yang cukup representatif. Enam toilet dengan air tawar yang cukup melimpah, cukup untuk MCK para peserta. Ada juga dermaga kapal. Dan yang terpenting ada warung, meski pilihan menunya sangat terbatas.

Nah di sini juga bisa belanja ikan saat nelayan pulang melaut pagi hari. Dijamin segar dan ikan baru mati sekali.

Banyak tempat yang bisa dieksplor ketika sampai di Legon Pakis. Kita bisa ke Pulau Peucang, Kalong, Handeuleum yang merupakan zona hutan mangrove.

Menurut Abdul Qadir pemilik enam kapal perahu nelayan yang tinggal di kampung Legon Pakis, waktu yang paling cocok berkeliling naik perahu pada saat bulan purnama karena air sedang pasang. Wisatawan bisa diajak menyusuri sungai, membelah hutan mangrove. 

Karena kami datang tidak pas bulan purnama, perjalanan menyusuri hutan mangrove tak bisa kami lakukan. Sebagai gantinya, kami melakukan perjalanan yang tak kalah sensasional, 25 menit jalan kaki membelah Pulau Jawa.

Ini bukan perjalanan khayalan, tetapi benar-benar dilakukan oleh peserta Jelajah Sepeda Ujung kulon. Berjalan dari Pantai Utara menuju Pantai Selatan hanya dalam waktu 25 menit.

Untuk bisa ikut perjalanan “sensasional” itu dimulai dari naik kapal nelayan dari Legon Pakis menuju Pantai Laban. Dari Pantai Utara ini peserta berjalan membelah hutan menuju Pantai Karang Panjang yang merupakan kawasan Pantai Selatan. Pantai Karang Panjang sebenarnya merupakan tempat penangkaran penyu. Di sini ada rumah tempat istirahat polisi hutan yang juga kerap jadi tempat penginapan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian.

Sensasi berjalan kaki, membelah Pulau Jawa dari utara ke selatan dalam waktu tak lebih dari 30 menit ini tidak bisa ditemui dimana pun, kecuali di sini.

Namun bila punya waktu panjang, enggak ada salahnya mencoba trekking dari Legon Pakis menuju Pantai Karang Panjang tanpa harus naik kapal menuju pantai Laban. Namun untuk jalan menuju ke sana butuh waktu 3 jam. Itu pun harus dipandu oleh guide yang sudah berpengalaman.

Dimas Basudewo

Penikmat jalan pagi ke kedai kopi. Senang trekking kadang diajak lelarian, suka menikmati keindahan Indonesia dari atas sepeda. Kontributor dan pengelola Audience di Netfit.id ++ Follow Me at Instagram - @masdimasnih

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments