Netfit.id – Libur akhir tahun ini diharapkan para operator aktivitas outdoor bakal kebanjiran order. Mereka pun sudah siap “menggelar karpet merah.”

Pandemi justru membuat Irpan Taupik punya profesi baru. Pria berkumis tipis ini bersama para pemuda di desanya, Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat menyediakan jasa tour guide trekking di Sentul.

Ide ini muncul ketika saat masa PSBB diberlakukan, area Sentul kebanjiran orang yang ingin berolahraga, khususnya sepeda trekking di alam terbuka. Mereka yang datang banyak yang tidak tahu rute dan akhirnya tanya ke penduduk sekitar. Dari situlah muncul ide mendirikan usaha jasa guide trekking.

Akhir pekan adalah waktu yang sibuk bagi Irpan dan kawan-kawannya,  pemuda Karang Taruna. Sehari masing-masing pemuda bisa memandu tiga sampai empat rombongan. “Itu untuk paket yang rute-rute pendek,” kata Irpan yang menambahkan pihaknya memang menyiapkan banyak alternatif rute yang bisa dipilih oleh para konsumen.

“Yang datang ke sini sangat beragam. Ada yang datang untuk olahraga, tapi banyak pula yang datang membawa anak-anak balita dan niatnya untuk wisata mencari udara segar.”

Irpan berharap di liburan akhir tahun kawasan Sentul akan ramai pengunjung. “Bila ramai bukan hanya para pemuda Karang Taruna yang kebanjiran rezeki, tetapi juga para warga yang menjajakan dagangannya.”

KM.0 Bojongkoneng – Bogor

Harapan yang sama juga disampaikan Vian yang biasa menawarkan wisata alam di Banyuwangi dan Malang. Dibukanya tempat wisata di Banyuwangi maupun Malang saat PSBB beberapa waktu lalu sedikit melegakan setelah berbulan-bulan ia mengalami masa paceklik.

Meski jumlah pengunjung masih dibatasi, tapi Vian mulai dapat pesanan paket tour meski masih satu dua. “Tapi saat PSBB kemarin  lumayan banyak ordernya,” kata pengelola usaha paket tour visitbanyuwangi.id Harapannya liburan akhir tahun in akan menjadi puncak dan moment titik balik bangkitnya sektor pariwisata setelah terpuruk akibat pandemi ini.

Perkiraan Vian, awal tahun 2021 industri wisata mulai bangkit. Minimal, lanjut Vian, wisatawan domestik dan dari Asia yang bakal tumbuh. “Yang sekarang baru tanya-tanya dari Asia, khusunya Jepang dan China. Kalau dari Eropa kemungkinan baru akhir tahun datang ke Indonesia.”

Perkiraan Vian ini dengan asumsi, di awal tahun Indonesia sudah terbebas dari virus Corona karena vaksin sudah disebarkan. “Kalau benar begitu, tahun 2021 pariwisata Indonesia sudah benar-benar bangkit.”

Di kaki Gunung Sanggabuana dibangun camping ground milik Universitas Buana Perjuangan, Karawang.

Tanda-tanda kebangkitan wisata juga dirasakan di Gunung Sanggabuana di Karawang. Tiap akhir pekan, jalur menuju puncak gunung dengan ketinggian 1.291 Mdpl ini penuh dengan para pendaki. Bahkan di bulan-bulan ini, mereka muncak bersama para peziarah. Ya, di puncak ini memang ada beberapa makam yang kerap jadi tempat ziarah. Salah satunya adalah makam Prabu Tajimalela.

Jajang, salah satu pemandu di jalur ini, Minggu, akhir November lalu membawa rombongan anak-anak muda dari Karawang. Sejak PSBB, kata Jajang pendakian di Sanggabuana mulai ramai. “Lumayan, tempat ini jadi hidup lagi.”

Banyak orang yang bergantung pada wisatawan Gunung Sanggabuana. Mulai dari warga yang memiliki rumah penitipan motor dan mobil  di bacecamp seputar Curug Cigentis, hingga warung-warung di tiap pos pendakian maupun di puncak Sanggabuana. Belum lagi para ojeker yang juga kebanjiran penumpang.

Bila ingin menyingkat waktu, para pendaki bisa naik ojek dari basecamp menuju Pancuran Kejayaan dengan tarif Rp100.000 pp. Bila naik ojek, untuk mencapai puncak, pengunjung tinggal menyusuri “Tanjakan Dua Jam” yang memang menjadi ikon Gunung Sanggabuawa.

Trik ini biasa dilakukan oleh Iyang, warga Karawang yang mengaku tiap dua pekan sekali muncak Sanggabuana. “Saya berangkat pagi, sore sudah sampai rumah.”

Trekking di Sanggabuana ini bukan hanya diminati warga lokal. Jalur ini juga jadi tempat olahraga favorit para ekspatriat Korea dan Jepang yang tinggal di Karawang. “Bahkan saat pandemi, jumlahnya makin banyak,” imbuh Jajang yang berharap liburan akhir tahun ini makin ramai orang yang mendaki ke Sanggabuana.

“Kami siap memandu bila dibutuhkan,” Jajang berpromosi.

***

Gunung Cikuray, Garut juga siap menerima pendaki di liburan akhir tahun ini. Terlebih pendakian dari bacecamp Tapak Geurot di Desa Sukahurip, Cigeduk, Garut, Jawa Barat yang selama dua bulan ini libur karena ditutup oleh pemerintah desa untuk menghindari penyebaran virus korona.

“Mudah-mudahan liburan akhir tahun ini bisa dibuka kembali,” kata Hendro, pengelola basecamp Tapak Geurot.

Nanjak lewat jalur ini memiliki beberapa kelebihan dibanding jalur lain. Pihak pengelola basecamp Tapak Geurot  sudah menerapkan beragam aturan agar para pendaki bisa muncak dengan aman dan nyaman. Selain kuota pendakian yang dibatasi, mereka juga menerapkan batasan waktu pendakian sehingga meminimalisir para pendaki jalan kemalaman.

Lewat menajeman pendakian yang disusun rapi ini, pihak pengelola yakin, saat ramai pendakian di liburan akhir tahun nanti, para pendaki bisa nyaman dan tetap kebagian tempat untuk mendirikan tenda.

Hendro dan timnya siap menyambut para pendaki di muslim liburan akhir tahun ini. “Yang penting izin sudah dibuka oleh perangkat desa.”

Karpet merah pun sudah siap digelar!

Cak KRIS

Suka lari, sepeda, dan kegiatan luar ruang. Aktivitas ini sering dituangkan dalam tulisan, foto, video di sosial media, wesbite atau untuk kebutuhan cetak. Tujuan utamanya, hanya sebagai dokumentasi, agar terekam jejak digitalnya. Syukur-syukur bisa menjadi inspirasi atau malah bisa berbagi keberkahan. Salam Sehat.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments