Foto-Foto: Dokumentasi Katingan Mentaya Project

Netfit.id, Sampit – Bumi semakin renta. Kerusakan terlihat dimana-mana. Semua ini akibat revolusi industri yang sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Pemakaian energi berbasis fosil yang berakibat emisi tinggi dan memicu perubahan iklim yang beberapa tahun belakangan ini sangat nyata kita rasakan. Perubahan iklim salah satu bukti kerusakan bumi.

Bukti sangat nyata juga sudah beredar di mana-mana. Foto-foto kerusakan lingkungan akibat ulah manusia sering beredar di media sosial. Kondisi yang bikin miris dan prihatin.

Yang paling nyata tentu gambar perbandingan penyusutan hutan mulai dari tahun 1950 hingga 2020 yang sempat viral beberapa waktu lalu. Hilangnya hutan yang sangat fantastis di pulau Kalimantan ini juga dinilai banyak orang menjadi penyebab banjir bandang awal tahun tahun ini.

Tak heran banyak pihak yang peduli bahkan konsen dengan kondisi ini. Salah satunya gelaan rutin yang diadakan untuk memeringati Hari Bumi adalah gelaran Journey to Zero yang tahun ini masih mengambil tema #BirukanLangit.

Agenda tahun lalu, Katingan Mentaya Project, sebagai pelopor kegiatan ini memberi tantangan melakukan kegiatan luar ruang kepada anak-anak muda seperti berjalan kaki, lari, bersepeda, gabungan dari semuanya sejauh 10 km selama 7 hari. Tujuannya, tentu saja untuk membentuk kesadaran akan pentingnya mengurangi jejak karbon di lingkungan sekitar kita, khususnya di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tenga, markas Katingan Mentaya Project.

Tahun ini, tantangan 7 hari berkegiatan di luar ruang juga tetap dilakukan. Selain itu juga ada beberapa  beberapa inisiatif yang dekat dengan kawula muda.  Menurut Syane Luntungan, selaku Communication Manager dari Katingan Mentaya Project, tahun ini ada kegiatan  pembuatan mural di beberapa tempat, serta memproduksi merchandise yang bikin “gemes”.

Masih kata Syane, Journey to Zero tahun ini juga diperkuat dengan memproduksi video series yang diharapkan menginspirasi lebih banyak orang yang akan #BirukanLangit. Dan yang paling istimewa adalah mengambil momentum Hari Bumi dengan meluncurkan aplikasi Journey to Zero.

Acara peluncuran aplikasi ini digelar di halaman markas Katingan Mentaya Project di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada Kamis (22/4) lalu. Acara peluncuran juga diramaikan oleh para seniman mural yang melakukan aksi mural di beberapa lokasi.

Aplikasi Journey to Zero berfungsi sebagai perekam jarak, dan wadah untuk pegiat #BirukanLangit saling terhubung dan terinspirasi. Tentunya, aplikasi ini juga terhubung dengan event tahun ini. “Melalui aplikasi ini kami juga bisa melakukan aktivasi beberapa campaign atau challenge, contohnya di perayaan Hari Bumi ini kami memberikan challenge 7 hari untuk bumi yang dapat diukur lewat aplikasi ini,” jelas Syane lagi.

Syane juga menjelaskan pentingnya mengkomunikasikan isu lingkungan ini dengan cara yang fun sehingga bisa diikuti oleh kawula muda sebagai calon-calon pemimpin di masa depan.

“Kami memberikan inspirasi dan pemahaman bahwa melalui hobi dan aktivitas yang menyenangkan, mereka bisa berperan dalam “Climate Action” dan menjadi agen perubahan untuk melakukan sesuatu bagi Bumi,” ujar Syane.

Cak KRIS

Suka lari, sepeda, dan kegiatan luar ruang. Aktivitas ini sering dituangkan dalam tulisan, foto, video di sosial media, wesbite atau untuk kebutuhan cetak. Tujuan utamanya, hanya sebagai dokumentasi, agar terekam jejak digitalnya. Syukur-syukur bisa menjadi inspirasi atau malah bisa berbagi keberkahan. Salam Sehat.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments