Etape ketujuh sejauh 170an km ini merupakan etape “kurang antisipatif” kalau tidak mau dibilang nekat. Dengan elevasi dari 200an mdpl menuju titik tertinggi di Tele sekitar 1800an mdpl dengan peserta sebanyak 46 orang adalah mustahil selesai tanpa evakuasi. Padahal di rundown acara tidak ada poin evakuasi.
Dalam pengarahan di pagi hari sebelum berangkat akhirnya soal evakuasi ini diungkap. Namun dengan tujuan Tele sebelum sore biar bisa menikmati turunan dan panorama Danau Toba. Sholat Jumat juga diperkirakan di titik 60 atau 65 km sambil makan siang.
Di lapangan berbicara lain. Tanjakan pemanasan sebelum perbatasan telah menguras tenaga dan juga waktu para peserta jelajah sepeda. Terlebih selepas perbatasan hujan mulai turun. Tanjakan mengiris Bukit Barisan sudah menunggu. Hujan plus tenaga yang terkuras akibat rolling menjelang Subulussalam membuat pergerakan sebagian besar peserta melambat. Alhasil di km 45 panitia menghentikan perjalanan karena sudah mendekati sholat Jumat.
Sebuah kabar gembira datang dari Pak Royke yang ulang tahun hari itu. Akan ada pesta durian selepas masuk Sidikalang yang berada di ketinggian 1200an mdpl. Elevasi saat istirahat sholat dan makan siang sekitar 500an mdpl sedangkan jarak ke titik pesta durian sekitar 16 km. Jadi bisa terbayang jalanan yang terus menanjak.
Kembali peserta terpencar meneruskan perjalanan. Terlihat mana peserta yang terbiasa touring dan tidak. Perjalanan yang telah memakan waktu tujuh hari memang telah menguras tenaga dan pikiran.
Sebagian kecil peserta datang terlebih dulu di titik pesta durian. Tanpa perlu dikomando langsung saja durian dibelah. Hawa dingin tak menyurutkan semangat penggowes untuk pesta durian demi memanaskan badan.
Setelah semua peserta terkumpul ketua team beserta RC memutuskan untuk mengevakuasi peserta karena melihat waktu dan sikon yang tidak memungkinkan. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00. Sedangkan situasi saat itu hujan dengan suhu sekitar 17 derajat Celcius. Masih ada 110 km di depan.
Namun ada tujuh peserta yang mencoba melanjutkan perjalanan dengan tetap di atas sadel. Bagi mereka, tanjakan Sidikalang menuju titik tertinggi di Tele sekitar 1890an mdpl adalah tantangan yang harus dihadapi ditengah gerimis.
Loading menggunakan truk butuh waktu. Ternyata truk dibikin dua dek dengan sepeda ditaruh di atas dan penumpang duduk di bawah. Ada pintu kecil di samping untuk akses keluar masuk.
Ketujuh peserta tadi ternyata hanya bisa melanjutkan jarak sekitar 35 km dengan elevasi sekitar 1500 mdpl. Mereka dievakuasi menggunakan mobil patwal yang menjadi pembuka jalan.
Akhirnya rombongan tiba di Hotel Toledo sekitar pukul 22.00. Tak terbayangkan jika harus menggowes akan tiba jam berapa di hotel. Menginap di Sidikalang bisa menjadi alternatif penginapan di tengah bau harum bunga kopi.
Add comment