Bisa jadi ini etape yang startnya paling pagi. Soalnya tak ada seremoni seperti sebelumnya. Sekitar pukul 07.00 para peserta jelajah sudah bersiap-siap diri meninggalkan Hotel Bali. Tanpa peregangan bersama-sama karena halaman hotel yang sempit, rombongan meninggalkan Tarutung menuju Sipirok.
Sempat mengalami kemacetan di Jalan DI Panjaitan karena bersamaan dengan jam keberangkatan anak sekolah dan karyawan. Jalan selebar enam meter itu harus menampung tiga lajur kendaraan. Namun tak ada omelan atau klakson berkepanjangan dari pengguna jalan.
Hawa dingin di wilayah berketinggian sekitar 900 mdpl masih terasa meski sudah menggowes sekitar 2 km. Sementara nun jauh di sana, kabut masih mengurung pucuk-pucuk pepohonan di perbukitan yang mengelilingi Kota Tarutung.
Selepas kota jalanan rusak mulai menyapa peserta jelajah. Terlebih kemarin hujan deras. Jalan becek berlumpur membuat peserta jelajah mencari celah agar badan tidak kotor kecipratan lumpur.
Habis jalan rusak langsung disambut tanjakan. Merayap menuju ke ketinggian 1200an mdpl. Regrouping dilakukan di sekitar 10 km dari hotel. Kebetulan ada doorsmeer alias tempat cuci. Kesempatan menunggu digunakan motoris mencuci motornya. Beberapa peserta juga mencuci sepedanya.
Selepas 1200an mdpl peserta dimanjakan oleh turunan tiada habis-habisnya. Apalagi di tengah perjalanan Purnomo Sidi dari Lombok Abang Community Klaten menraktir peserta pesta duren. Ya… duren lagi…. duren lagi….
Turunan hampir sepanjang 25 km benar-benar dimanfaatkan peserta untuk melemaskan otot-otot kaki. Apalagi habis pesta duren.
Makan siang kali ini terlalu pagi. Bisa jadi sebagai penebusan rasa bersalah hari sebelumnya. Pukul 10.00 lebih sedikit sudah berhenti. Dikiranya cuma berhenti regrouping. Ternyata tak seberapa lama nasi kotak, eh styrofoam, dibagikan.
Istirahat yang terlalu lama membuat sebagian peserta tidur. Namun ada juga yang protes karena terlalu lama membuat tubuh jadi dingin kembali. Terlebih perjalanan baru menempuh separuh jarak.
Sekitar pukul 13.00 rombongan bergerak kembali. Panas mulai rasa sementara tanjakan menanti. Kelak-kelok yang menyembunyikan tanjakan bertubi-tubi menyapa. Berpadu dengan jalan rusak di sana-sini. Bahkan gegara jalan rusak, sebuah truk berisi limbah sawit terguling. Antrian kendaraan pun mengular.
Sampai jalan baru menuju Sipirok jalan terus menanjak. Menuju titik tertinggi sekitar 1200an mdpl. Jalan baru ini memapras bukit menghindari jalan lama yang merupakan jalur lelehan belerang. Jadi meski ditimbun seberapa banyak tetap ambles.
Jalan baru ini memiliki tanjakan halus yang panjang. Bahkan turunan pun serasa berat digowes, komentar seorang peserta.
Memasuki Sipirok jalanan banyak turunnya. Sekitar 20an km sebelum memasuki Padang Sidempuan, kembali peserta jelajah ditemani jalanan nanjak. Ada yang berbeda ketika memasuki kota salak ini. Suasana minang sudah tercium.
Sekitar pukul 18.00 rombongan akhirnya masuk
Hotel Natama 1. Hotel yang memperoleh sertifikat hotel syariah ini terasa rumah dibandingkan hotel-hotel sebelumnya.
Add comment