Pedalku.com – “Stabil, mantap dan anteng di tanjakan.” Begitulah kesan Agus Hermawan, seorang pedalis dari komunitas sepeda KGC (Kompas Gramedia Cyclist), saat melakukan test ride Polygon Collosus Series. Sementara Julfasus dari Polygon Collosus Rider berpendapat, “Bagian belakangnya enak…… anteng buat ngelibas jalan makadam.”
Kesan-kesan itu tertangkap pedalku.com saat diadakan test ride Polygon Collosus Series, Sabtu 7 Juni 2014 di trek Jalur Pipa Gas (JPG), kawasan Serpong, Tangerang Selatan.
Mendengar celotehan mereka, pedalku penasaran juga dengan kesan positif mengenai Collosus Series. Tak berpikir panjang, segera crew kami mendaftar dan memilih Collosus SX 2.0 keluaran tahun 2013.
Turunan pertama setelah start dari Mpok Café, rear suspension terasa keras bila dibandingkan dengan sepeda fulsus yang biasa pedalku gunakan. Walau keras, bagian belakang tidak liar maupun geal-geol. Keantengan bagian belakang Collosus merupakan kerja keras bagian R&D Polygon menerapkan FS2 ~ floating suspension system generasi ke-2.
Sejenak pedalku melongok bagian bawah, tempat rear shock Fox Float Evolution CTD berada. Settingan rear shock berada pada posisi slow. Ah…. mungkin tekanan udara pada rear shock terlalu tinggi….. Abaikan saja !
Masuk ke single trek tanah, Collosus SX 2.0 digowes cepat. Tanjakan sebelum alang-alang yang berkelok-kelok terasa nyaman dilibas. Turun ke sawah, pedalku mengambil jalur berm tertinggi untuk meningkatkan kecepatan saat melewati pematang sawah. Pematang sawah yang bergelombang dapat dilalui dengan baik.
Sayangnya tanjakan pisang saat itu tak dapat dilewati karena aksesnya tertutup. Uji coba performa di tanjakan teknikal pun urung dilakukan.
Di jalur baru menuju sumur kembali Collosus SX 2.0 dipacu dengan cepat. Dua turunan berhasil dilalui dengan mulus. Tanjakan-tanjakan menuju sumur pun dapat dilalui dengan baik, tanpa momentum dari turunan karena pedalku sempat berhenti menunggu antrian pedalis lain yang berada di depan.
Double drop-off setelah sumur terasa nyaman dilalui menggunakan Collosus SX 2.0. Walau kembali terhambat menunggu antrian di tanjakan setelah double drop-off, Collosus SX 2.0 dapat merayap dengan sempurna, membuktikan kesan mantap di tanjakan dan traksi yang dihasilkan cukup baik. Sebagai informasi, trek JPG saat itu masih lembab dan sedikit licin setelah diguyur hujan pada beberapa hari sebelumnya.
Kurang lengkap rasanya bila Collosus SX 2.0 tidak dites performanya di roller coaster. Tanpa ragu, pedalku melibas turunan di jalur roller coaster. Dan….. sekali lagi performa FS2 pada Collosus SX 2.0 tidak mengecewakan. Tak ada gerakan-gerakan liar yang dapat menghambat lajunya sepeda dan menurunkan nyali ridernya.
Saat roda belakang menghantam rintangan seperti akar, batu ataupun gundukan tanah; floating suspension system menarik roda ke belakang, membuat jarak wheelbase menjadi lebih panjang sebelum melakukan peredaman pada sistem suspensinya. Itulah salah satu rahasia FS2 yang diungkap Jimmy Susilo, salah seorang R&D Polygon.
Pada generasi kedua floating suspension system, Polygon mengedepankan efisiensi saat pedalling dan rendahnya pusat gravitasi sepeda, yang berimbas pada stabilitas pengendalian secara keseluruhan.
Sesi terakhir pengetesan ditutup dengan tanjakan panjang sebelum kembali ke Mpok Café. Pada tanjakan panjang ini ~ walau tidak curam ~ efisiensi pedalling sangat terasa. Efek bobbing minim sekali, membuat Collosus SX 2.0 nyaman digowes dengan kecepatan tinggi pada trek keriting sekalipun.
Setelah melakukan pengetesan singkat dan membuktikan sendiri, kesan pedalis lain mengenai performa Collosus Series tak berlebihan. Keantengan dan kehandalan melibas tanjakan terbukti saat pengetesan. Performa itu tak lepas dari sistem suspensi belakang yang dikembangkan oleh Polygon.
Add comment