Pedalku.com – Perlu kekuatan fisik dan mental yang prima untuk menjadi peserta Jelajah Sepeda Manado Makassar 2014. Fisik boleh kuat, tetapi jika mental kedodoran, tiap tanjakan maunya didorong ya enggak pas juga. Panas hujan sedikit, maunya dievak.
Sebaliknya, mental kuat jika fisiknya dodol ya mana bisa gowes. Emangnya jelajah itu piknik gratisan, bang !? Salah-salah, namanya bukan jelajah sepeda tetapi jelajah evak.
Jika mental dan fisik top, barulah boleh disebut penjelajah sejati. Bukan cuma model buat update status atau sekedar posting foto di Facebook.
Namun untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan atau ada peserta sakit, panitia memang melengkapi timnya dengan Tim Medis. Tim medis ini mendampingi perjalanan peleton JSMM dari awal hingga akhir. Kali ini, dr Aryo Pradito bersama timnya menjadi dokter pendamping tim Kompas Jelajah Sepeda Manado – Makassar.
Dr Dito, begitu panggilannya, menjadi tumpuan para peserta untuk berkonsultasi medis jika badan mereka merasa ada yang tidak beres. “Etape-etape awal sih banyak peserta yang kram,” ujar dr Dito.
Cuaca panas dan tanjakan panjang menjadi penyebab dari menegangnya otot para peserta. Bisa juga karena mereka masih melakukan adaptasi menggowes. Atau bisa jadi juga banyak di antara peserta yang sudah ‘over-spek’ alias umurnya di atas seket alias lima puluh tahun, sehingga otot-ototnya tidak seelastis anak muda, walaupun mungkin kuat dan terlatih. “Sampai habis dua tube Voltaren lo,” kata Dito mengungkapkan obat pelemas otot yang dihabiskan para peserta karena kram.
Setelah enam hari perjalanan dengan sepeda dari Manado, kondisi fisik peserta mulai menurun. “Sebagian peserta mulai terserang penyakit flu, diare, dan kelelahan,” ungkap dokter yang sempat bergabung dengan RS Omni Serpong, Tangerang Selatan itu. Makanan khas di daerah yang dilewati yang dominan pedas, serta kondisi tubuh peserta yang drop menjadi penyebab diare. “Kesininya memang banyak yang sakit flu, berarti daya tahan tubuh drop,” katanya.
Keluhan peserta yang lain ~ ini bisik-bisik di antara peserta ~ adalah peserta yang tidak bisa tidur saat istirahat. Sepertinya, mereka yang sulit tidur seperti juga mengalami sedikit stress memikirkan tanjakan yang akan dihadapi keesokan harinya. ‘Penyakit’ lainnya adalah kangen rumah dan keluarga. Apalagi mereka yang masih memiliki anak kecil dan lagi lucu-lucunya. Perlu mental luar biasa untuk ‘tega’ meninggalkan anak isteri selama dua pekan, bukan ?
Dokter yang mengambil spesialis bedah urologi itu masih lajang sehingga mendampingi peserta JSMM selama dua pekan sepertinya tidak menjadi masalah. Dia pun tampaknya mulai jatuh cinta dengan sepeda. “Sepulang mendampingi JSMM saya mau beli sepeda,” ujar dokter yang hari ini berulang tahun ke-27. Ia sempat merasakan nikmatnya menggowes di etape kedua dan ketiga.
Selain para peserta yang terkena penyakit atau kelelahan, banyak peserta yang mendatangi dokter untuk meminta vitamin atau obat gosok. Dokter Dito yang disebut peserta wajahnya mirip penyanyi Afgan itu, pun selalu melayani peserta dengan baik. Terimakasih, dok !
Add comment