Pedalku.com – Dr. Steven Fabes ini telah mengayuh 53.285 mil (sekitar 85,7 ribu km) selama enam tahun terakhir dalam misinya untuk membantu dan memberdayakan masyarakat.
Jarak itu telah melewati 73 negara di lima benua.
Petualangan dokter itu bermula dari London pada tahun 2010 dengan sepeda. Dan sepertinya belum akan berhenti. Padahal jarak yang sudah ditempuh setara dengan dua kali mengelilingi bumi.
Banyak pengalaman yang telah dirasakan Fabes. Berbagi tenda dengan laba-laba black widow dan kalajengking dan ditahan dengan ancaman pistol di Peru. Hidupnya di atas roda memang mendebarkan namun membuka wawasannya.
Perjalanan pedalis dokter melintasi enam benua – Eropa, Afrika (via Timur Tengah), Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Utara, Australia dan Asia – ini menginspirasinya untuk membuat blog dengan nama Cycling the 6, tempat dia berbagi cerita.
Meski mencintai teman-temannya, pekerjaannya, dan juga kehidupannya di London, Dr. Fabes merindukan jalan-jalan yang terbuka, dan membuat keputusan untuk memulai misi kemanusiaannya dari sebuah pub lokal.
“Saya haus akan sebuah petualangan, dan sebuah tantangan baru. Saya juga berharap bisa menyederhanakan hidup saya untuk sementara waktu – sedikit memiliki barang, sedikit uang, tidak ada tenggat waktu atau jadwal. Saya ingin melihat, mengalami dan belajar tentang dunia secara dekat. Dan itu semua mungkin dengan sepeda,” kata Fabes kepada MailOnline Travel.
Dengan membawa pannier di depan dan belakang, serta tenda, dan berharap selalu sehat di setiap tempat, Fabes berangkat melintasi Eropa selatan dan Timur Tengah, tepat sebelum perang meletus di Suriah.
Kemudian mengayuh sepedanya ke Afrika, Amerika Selatan dan Utara, sebelum menuju ke Asia dan Australia.
Selama perjalanannya, dia mengayuh pedal ke gunung, gurun, dan padang garam yang spektakuler. Selama perjalanan itu ia menjadi sukarelawan di rumah sakit atau proyek-proyek amal yang sesuai dengan bidangnya. Ia bisa melihat dan mengamati penyakit dan kondisi yang jarang terlihat dalam praktik klinis di Inggris.
Beberapa kasus yang menyentuh hatinya adalah kasus yang melibatkan kemiskinan dan kekurangan gizi, serta bertemu dengan anggota masyarakat yang terpinggirkan dengan kondisi seperti HIV, kusta, penghuni kawasan kumuh, suku nomaden dan korban serangan teroris.
Fabes tidak hanya menyaksikan banyak kasus medis, namun telah mengalami petualangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Dan meskipun dia telah melakukan perjalanan solo selama enam tahun terakhir, bukan berarti ia menjalaninya sendirian.
“Saya telah berbagi tenda dengan kalajengking dan laba-laba black widow. Begitu juga dengan singa dan banyak ular menemaniku di luar tenda. Termasuk kobra sepanjang hampir 3 meter!” kata pria 35 tahun itu.
Dia awalnya berencana hidup dengan sepuluh dolar sehari, tapi kehabisan uang dalam waktu tiga tahun.
Karena itu ia pun mencari uang tambahan dengan dengan berbicara di depan umum dan menulis lepas. Juga mencari berbagai sponsor untuk perlengkapannya.
“Sejujurnya aku tidak pernah mempertimbangkan untuk menyerah. Saat-saat tersulit adalah ketika musim dingin menghampiri Mongolia – tempat yang sepi dan sulit, terutama saat cuaca minus 35 derajat di malam hari!”
Namun ia mengalami kejadian unik dari perjalanannya itu. Sebagai dokter ia mengunjungi rumah sakit sebagai pasien sekaligus profesional medis.
Dokter dari Oxford itu harus menjalani operasi lutut karena hampir satu inci tulang rawan pecah dari tulang paha.
Pada kesempatan lain ia terjangkit demam berdarah di Malaysia.
Dia juga diserang di Mesir ketika tengah malam sekelompok anak muda mencoba merampoknya, dan di Ekuador seorang anak yang mabuk menikamnya di jari.
Gaya hidup nomaden dan transportasi sepedanya, meski terkadang mengerikan, telah memungkinkannya untuk pergi ke tempat terpencil yang jarang dirambah turis Barat.
“Sepeda mampu mengatasi rintangan dan membawa saya lebih dekat ke masyarakat setempat. Ini cara murah untuk bepergian dan memberi saya cukup waktu untuk menghargai detail kehidupan orang-orang. Saya senang melihat dunia dengan perlahan melalui setang saya,” katanya.
“Saya melihat sendiri denyut kehidupan dari negara-negara yang berbeda dibandingan dengan negara saya. Bahkan negara yang terisolasi untuk sementara waktu, yang bagi saya akan memberikan rasa petualangan tersendiri. Ethiopia, Myanmar, Mongolia adalah contoh yang bagus untuk maksud itu.”
Kejadian menegangkan dialaminya di Peru ketika ia terbangun tiba-tiba saja sudah berada di bawah todongan senjata seseorang.
Setelah menenangkan diri, Dr Fabes bisa mengatasi keadaan dan akhirnya mengobrol dengan pria yang tinggal di kota industri miskin di pinggir pantai, yang penuh dengan kejahatan, dan berjuang menghidupi seorang istri dan tiga anaknya.
Namun di luar aspek bahaya dan tak nyaman terhadap gaya hidupnya, perjalanan itu berdampak positif bagi masyarakat yang dilewatinya.
Dia telah mengumpulkan lebih dari £20.000 (sekitar Rp350 juta) untuk LSM medis Merlin sebelum mereka bergabung dengan LSM lain pada tahun 2013 dan berbagi keahliannya dengan mereka yang membutuhkan bantuan.
“Pengalaman ini membuka mataku tanpa keraguan,” katanya. “Sebelum saya memulai dunia terasa terlalu besar. Aku tidak layak, kurang siaga dan penuh keraguan diri. ”
Saat ini di Amsterdam dia sudah berada di tepi akhir petualangan bersepedanya, dan berencana untuk kembali bekerja di Inggris minggu depan dan menulis buku tentang petualangannya.
Negara yang dikunjunginya
Eropa dan Timur Tengah
Perjalanan pertama: Inggris Raya, Prancis, Swiss, Monaco, Italia, Slovenia, Kroasia, Bosnia, Montenegro, Albania, Macedonia, Yunani, Turki, Suriah, Jordania
Perjalanan kedua: Bulgaria, Romania, Serbia, Hungaria, Slovakia, Austria, (Spanyol), Jerman, Belgia, Belanda
Afrika
Mesir, Sudan, Ethiopia, Kenya, Uganda, Rwanda, Tanzania, Malawi, Zambia, Botswana, Namibia, Afrika Selatan
Amerika Selatan
Argentina, Chile, Bolivia, Peru, Ekuador, Kolombia
Amerika Tengah dan Utara
Panama, Costa Rica, Nicaragua, Honduras, El Salvador, Guatemala, Mexico, AS, Kanada
Australia
Australia, New Caledonia
Asia
Timor Timur, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, India, Bhutan, Nepal, Hong Kong, China, Mongolia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan, Afghanistan, Azerbaijan, Georgia, Armenia
Add comment