Pedalku.com – Demam lari sedang melanda. Event lomba lari pun tiap akhir pekan ada. Di Jakarta dan sekitarnya bahkan bisa 2-3 event lomba lari bersamaan pada akhir pekan.
Para pelari pun bingung menentukan race mana yang akan mereka ikuti. Apalagi jika event tersebut berada di luar kota yang memerlukan duit lebih banyak untuk transportasi maupun akomodasi. Belum lagi, bagi para pelari kantoran yang harus mengambil waktu cutinya.
Race-race yang baik akan menjadi kenangan indah dan pengalaman tidak terlupakan. Para pelari akan membagi kebahagiannya dengan memposting segala hal di media sosial. Sebaliknya, mereka pun akan menyebar postingan kesal, unek-unek jika penyelenggaraan race tidak memuaskan, amburadul atau kurang ini-itu.
Akhir pekan lalu setidaknya dua event yang mengundang kesan tersendiri bagi sejumlah pelari yakni Jakarta Night Marathon 2017 dan BCA Bali Run yang berlangsung di atas jalan tol Mandara, Bali.
Postingan dan chat mengenai kedua event tersebut berseliweran di media sosial. Sebut saja: tidak ada marshal, kurang marka, RPC kacau balau, rute yang tidak steril, bib robek hingga peserta tidak kebagian medali. Tidak lupa, para komentator pun menghangatkan postingan. Sebagian berkomentar ingin memberi masukan kepada race organizer (penyelenggara lomba). Tetapi ada juga komentator yang dengan penuh dendam kesumat menyudutkan penyelenggara lomba. Bahkan, tidak jarang ada yang menggunakan akun jadi-jadian untuk menyerang sebuah event. Pedalku.com sempat mengecek salah satu di antaranya yang memposting seperti itu.
Sejumlah pelari memang dikenal bawel dan banyak menuntut. Tetapi itu hak mereka. Toh mereka juga sudah membayar sejumlah uang registrasi dan meluangkan banyak hal untuk mengikuti sebuah race.
Bagi mereka yang dompetnya kembang kempis sebaiknya memang mulai memilah event race yang akan mereka ikuti. Ada banyak pertimbangan yang bisa dijadikan panduan bagi para pelari untuk ikut atau mendaftar sebuah race.
Tentukan tujuan
Untuk apa kita mengikuti sebuah event race? Ada banyak alasan kita mengikuti sebuah race. Medalinya bagus? Jerseynya keren? Jersey finishernya gaya? Hal seperti itu bisa saja menjadi alasan untuk memilih sebuah race.
Lokasi atau tempat sebuah race berlangsung juga bisa menjadi pertimbangan. Wisata olah raga atau sport tourism memungkinkan race lari menjadi tujuan kita berwisata ke satu kota atau daerah.
Event race juga bisa menjadi tujuan kita berlatih atau menjalankan program latihan. Jika ini menjadi tujuan, hal-hal di atas bisa diabaikan. Target bisa berupa personal best atau sekedar mengisi jadwal program latihan untuk mengikuti sebuah race berikutnya.
Mengikuti sebuah race juga merupakan saat yang tepat untuk berkumpul dengan teman-teman pelari. Syukur-syukur mendapat kawan lari baru. Percayalah ini akan memberi kebahagiaan tersendiri.
Pilih kelir, acak corak
Ada banyak hal yang menentukan sukses tidaknya sebuah race. Butuh persiapan panjang dan matang menyangkut segala hal. Semua harus disiapkan menyangkut kebutuhan para pelari, mulai sistem registrasi, kesiapan rute lari, kebutuhan marshal, marka, water station, refreshment hingga timing system.
Race organizer yang berpengalaman dan sangat mengerti kebutuhan pelari tidak akan mengorbankan para pelari. Pelari harus berlari dengan aman dan nyaman. Mereka sudah membayar dan berhak mendapat pelayanan yang baik dari penyelenggara lomba.
Tidak ada salahnya jika kini para pelari juga “menandai” race-race organizer yang menangani sebuah lomba lari. Tanda tersebut bisa berupa apresiasi pelari untuk sebuah lomba lari yang terselenggara dengan baik, pelari aman dan nyaman. Tetapi sebaliknya, tanda juga bisa berupa tanda merah atau kuning bagi para event organizer yang kurang bagus atau bahkan mengecewakan pelari.
Para pelari juga mesti paham adanya perbedaan antara “pemilik” dan “penyelenggara” event race. Pemilik event bisa saja sebuah perusahaan, instansi, perkumpulan atau lembaga tertentu. Mereka biasanya mempercayakan penyelenggaraan eventnya kepada race organizer alias penyelenggara lomba.
Sebaliknya, para pelari juga saatnya bertindak “profesional”. Sebelum submit data saat registrasi, pastikan semua data sudah fixed dan sudah diperiksa ulang. Masih banyak pelari yang belum mengerti, jika sistem pendaftaran pelari yang menggunakan sistem akan susah mengubah data.
Walaupun data bisa diubah, tapi penyelenggara akan kerepotan. Pelari juga dituntut untuk mempelajari semua hal tentang race yang akan diikutinya, menyangkut race director maupun organizernya, jalur yang akan mereka lewati termasuk kondisi-kondisinya.
Banyak pelari yang asal lari saja, karena dia pikir sudah membayar jadi dia tinggal berlari saja dan mengharap diarahkan oleh marshal. Terlewat membaca marka pun dan tersasar, ada lo yang menyalahkan penyelenggara atau marshal.
Saat ini ada banyak RO bertumbuhan. Para pelari tentu memiliki catatan tersendiri mengenai performa RO maupun race director dalam menangani sebuah lomba tertentu: positif maupun negatifnya. RO lama atau baru bisa menjadi pertimbangan. Pengalaman sendiri maupun teman mengenai lomba yang diadakan oleh RO bisa menjadi pertimbangan mengikuti atau mendaftar sebuah lomba atau tidak.
Tren lari di negeri kita baru tumbuh. Pelari maupun penyelenggara lari bisa saling mendukung – bukan saling memanfaatkan, apalagi saling menyalahkan– demi semakin tumbuh baiknya aktivitas yang menyehatkan ini.
Add comment