Pedalku.com – Dengan beralasan puasa, banyak orang mengurangi atau bahkan menghentikan sama sekali olahraganya. Padahal di hari biasa mereka aktif berolahraga, baik di pagi hari atau sore hari. Kondisi ini bisa dilihat di beberapa stadion atau tempat terbuka yang biasa digunakan masyarakat untuk berolahraga, seperti Stadion Gelora Bung Karno.
Berolahraga memang membutuhkan tenagadan mengeluarkan keringat yang bisa berakibat tubuh menjadi lemah dan lemas. Nah, jika belum waktunya buka, tentu tak boleh makan atau minum untuk mengganti energi dan hidrasi yang terbuang itu.
Bagi yang biasa berolaharaga dan libur pas puasa, coba dengar apa yang dikatakan Coach Rachmat Rukmantara, pelatih para pelari dan pendaki gunung, ini. “Libur olahraga selama sebulan (seperti pada bulan puasa), bisa menurunkan tingkat performa setara berlatih selama empat bulan.”
Bisa saja kita berkilah, ah bukan atlet kok. Enggak masalah. Saya sempat terjebak dalam kondisi seperti itu dan memang tidak menjadi masalah. Akan tetapi butuh perjuangan lebih untuk bisa kembali ke performa asal sebelum libur berolahraga selama sebulan lebih (karena waktu itu plus Lebaran).
Baca juga: Cek Kebugaran Jantung Lewat Fitbit Charge 2
Nah, agar performa tak anjlok, dalam acara media gathering yang diselenggarakan Peebee Outdoor dan Persatuan Olahraga Karyawan (PORKA) Kompas Gramedia, Rachmat Rukmantara memberikan tips berolahraga di bulan puasa sebagai berikut.
Yang pertama, lakukan maksimal 1,5 jam sebelum berbuka. Kemudian ingatlah, olahraga yang kita lakukan bukan untuk melatih kekuatan. Lebih fokus ke arah melatih daya tahan tubuh. Bagaimana caranya? Dengan menjaga denyut jantung tak lebih dari 70 persen denyut maksimal.
Agar lebih mudah memantau denyut jantung, pakailah jam tangan pintar yang sekarang ini sudah banyak beredar. Beberapa jam tangan pintar ini sudah dilengkapi dengan pemantau denyut jantung yang menyatu dengan jam. Jadi tak perlu alat tambahan lain. Kita bisa menyetelnya untuk memberi peringatan jika aktivitas kita melebihi 70 persen denyut maksimal. (Rumus untuk mengetahui denyut jantung maksimal: 220 – usia.)
Salah satu jam tangan pintar seperti itu adalah Fitbit Ionic yang memiliki kelebihan dibandingkan jam tangan pintar lainnya. Seperti kapasitas penyimpanan yang besar sehingga bisa menampung sekitar 300 lagu. Jika satu lagu berdurasi tiga menit, akan ada 900 menit atau 15 jam. Lebih dari cukup menemani olahraga menunggu buka puasa.
Hmmm … tanpa terasa bedug tanda berbuka puasa menggema. Namun jangan lantas balas dendam dengan makan tak terkendali. Olahraga saat puasa pun perlu strategi saat berbuka. Rachmat menyarankan untuk berbuka puasa dengan makan buah dan minum air. “Gula yang ada di dalam buah lebih mudah dan cepat dicerna dalam tubuh dibandingkan dengan makanan berbuka konvensional,” begitu kira-kira alasan Coach Rachmat.
Yang kedua, jika ingin lanjut dengan latihan barat, disarankan istirahat dulu sekitar 20 menit seusai salat Magrib. Tentu saja latihan beratnya tidak seperti latihan berat di kala tidak puasa. Rachmat mencontohkan, untuk latihan high intensity interval training (HIIT) cukuplah selama 15 menit saja. Kita masih ada kewajiban untuk salat Isya dan tarawih.
Yang ketiga, soal makan berat di malam hari, Rachmat menyarankan untuk lebih banyak mengonsumsi protein dan mengurangi karbohidrat. “Protein sangat membantu dalam pembentukan dan pemulihan otot setelah olahraga. Konsumsi karbohidrat di malam hari justru memberi efek negatif, termasuk salah satunya menambah berat badan,” katanya seraya mengingatkan untuk menjaga asupan air.
Pada saat sahur, barulah asupan karbohidrat bisa dilebihkan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan energi di siang hari.
Jadi, jangan beralasan lagi untuk tak berolahraga di bulan puasa. (Agus Sur)
Foto: freepik.com/inquirer.com
Baca juga: Serangan Jantung Pada Pesepeda: Cari Sehat, Bukan Cepat
Add comment