Pedalku.com – Jika Rumini saja finish 3:40 overall 6 tanpa hadiah, mengapa Qurrotul Farida 4:09 overall 9 bisa dapat 11 juta? Mohon dijelaskan dengan akal sehat aturan seperti itu. Sama sama indonesia, sama sama wanita, sama sama belum master. Inilah catatan Mahdi Manshuri, seorang pelari horee dari Jakarta untuk panitia Surabaya Marathon yang digelar pekan lalu. Berikut tulisan lengkapnya yang dikirim ke redaksi Pedalku.com.
Awal mulanya, race hanya dibagi gender saja. Perlahan, ada pembagian kategori usia, normal dan master. Banyak konsep tentang definisi master. Namun secara umum, > 40 tahun saat Race Day adalah master.
Di powerman bahkan dibagi per rentang usia. Sebaliknya, race trail UTMB di Chamonix menggunakan 2 kategori, Youth (under 22 tahun. Makanya Rhenaldy Firdaus atlet Hoke One One Indonesia, menjadi satu-satunya Indonesia yang pernah berdiri di panggung podium UTMB sepanjang sejarah keikutsertaan pelari-pelari Indonesia di UTMB Series karena saat itu masih berusia 21 tahun ++) selain kategori normal.
Jika kita buka link Surabaya Marathon result https://www.sportsplits.com/races/15695
Maka akan kita dapatkan urutan pelari tercepat mencapai garis finish. Misal,
3 NATIONAL YULIANINGSIH YULIANINGSIH (#2428) 01:23:12 01:23:11
3 NATIONAL RISA WIJAYANTI (#1190) 03:26:46 03:26:46
Yulianingsih (HM) dan Risa Wijayanti (FM) berada di urutan ketiga overall di kategori mereka TANPA MEMBEDAKAN Open ataupun National.
Konsep Open dan National datang saat event race berkembang ke level internasional, di mana banyak pelari asing ikut serta, dan biasanya pelari asing terutama dari Afrika Timur memiliki potensi lebih untuk menjadi yang tercepat. Jika tidak dibuat tambahan kategori Open, pelari-pelari Indonesia yang potensial nanti hanya menjadi penonton di rumah sendiri.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jika ada pelari National namun lebih cepat dari pelari asing? Atau, bagaimana jika ada pelari usia Master namun lebih cepat dari pelari usia Normal?
SOP yang adil adalah sebagai berikut.
– Pelari mendaftar based kategori race yang dipilih dan tentu saja mencantumkan identitas kewarganegaraan dan data tanggal kelahiran. Jadi, urusan dia masuk Open, National, Usia Normal atau Master adalah sistem komputasi / manual dari Panitia
– Saat race hingga finish, urutan yang ada adalah siapa paling cepat menyentuh garis finish. Dialah potensial podium.
– Jika pelari manca negara hanya ada 2 saja yang mendaftar, ya biarkan saja LOWONG di podium ketiganya. Tanpa harus memasukkan nama pelari Indonesia. (kecuali ada kebijakan Race Director)
– Jika misal kategori master ternyata hanya ada 2 finisher saja, maka podium ketiga master biarkan KOSONG saja. Di dalam race trail, hal biasa bahkan race hanya ada 1 finisher (Rinjani100 2016 – Jan Nilsen) atau Barkley Marathon edisi 2018 tanpa finisher sama sekali.
– Urutan sistem hadiah, biasanya adalah Open di atas National (demi menarik minat pelari asing), Usia Normal di atas Usia Master. Adapun gender, di banyak cabang olahraga seperti tennis grand slam, semua sudah disamakan = emansipasi gender. https://surabayamarathon.com/Prize
– Jika ada pelari national ternyata lebih cepat dari pelari asing, biasanya Race Director membuat kebijakan INSIDENTAL, yaitu memasukkan dirinya ke kategori Open agar FAIR mendapatkan Hadiah lebih besar. Atau prinsipnya, pelari boleh memilih hadiah mana yang lebih besar (kasus Ivan Martinus yang saat itu memilih masuk Open saja alih alih podium master saat podium HM di BFI 2019 karena hadiah lebih besar di Open meski urutan sekian)
Kesimpulannya, race adalah perlombaan adu cepat, siapa yang lebih cepat menyentuh garis finish, dialah yang berhak mendapatkan hadiahnya. Bukan siapa yang lebih jeli dan beruntung memilih kategori yang lowong saingan, meski timing dia biasa saja namun mendapatkan hadiah.
Add comment