Tour de France edisi ke-100 tahun 2013 usai sudah. Chris Froome, runner-up tahun 2012 dari tim Sky Procycling tampil sebagai juara. Unggul lebih dari 4 menit dari pesaing terdekatnya, pebalap muda berkebangsaan Kolombia dari tim Movistar ~ Nairo Quintana.
Christopher Froome lahir pada tanggal 20 Mei 1985 di Nairo, Kenya. Ibunya, Jane, seorang keturunan Inggris yang lahir di Kenya. Sementara itu ayahnya, Clive, seorang atlit hoki asal Inggris yang pernah membela tim nasional untuk kejuaraan hoki usia 19 tahun.
Pada usia 14 tahun Chris Froome meneruskan pendidikannya di St. John’s College di Johannesburg, Afrika Selatan. Di Afrika Selatan itulah Chris Froome memulai balapan sepeda jalan raya, setelah sebelumnya di Kenya menekuni sepeda gunung.
Sebelum menjadi pebalap profesional pada tahun 2007, Chris Froome pernah mewakili Kenya pada 2006 Road World Championship di Salzburg, Austria. Kejuaraan itulah yang membuka mata beberapa manager/ pebalap profesional, tak hanya bakatnya saja tetapi determinasi Chris Froome yang mencuri perhatian. Bayangkan, mewakili Kenya seorang diri di kategori pria dibawah 23 tahun. Bukan satu-satunya pebalap asal Kenya, tetapi benar-benar seorang diri mewakili Kenya ~ tanpa manager, tanpa teman satu tim dan tanpa mekanik!
“Suatu hari saat saya sedang menuju pertemuan manager tim, saya melihat Chris mengayuh sepedanya, mengenakan mantel hujan besar seperti tikus kejebur got, menuju tempat pertemuan yang sama,” kenang Tony Harding, manager Afrika Selatan pada 2006 Road World Championship. “Mengetahui ia benar-benar seorang diri, saya menyuruhnya menginap di hotel kami, berbagi kamar dengan Daryl Impey ~ pebalap Afrika Selatan pertama yang mengenakan yellow jersey di Tour de France beberapa minggu lalu.”
Saat memulai kejuaraan itupun Chris Froome memulainya dengan terlibat kecelakaan sesaat setelah start. Bertabrakan dengan seorang official di tikungan pertama, keduanya terjatuh walau tidak ada yang terluka. Chris Froome kemudian melanjutkan balapannya dan menempati posisi ke-36 di nomor time trial tersebut.
Tak hanya kenangan 2006 Road World Championship yang menunjukkan determinasi Chris Froome. Saat pertama bergabung dengan St. John’s College ia membuat teman satu timnya, Matt Beckett, terkesan dengan kemampuan mengimbangi lainnya dengan sepeda seberat 20 kg! “Di asrama sekolahpun Chris Froome sering terlihat ngeroll di waktu senggang, saat teman-temannya menonton televisi,” ujar Allan Laing, kepala asrama di St. John’s College.
Karir profesionalnya dimulai bersama tim asal Afrika Selatan, Konica Minolta. Tak perlu berlama-lama, Chris Froome ditarik ke tim Barloworld asal Inggris. Robbie Hunter, pebalap Afrika Selatan pertama yang mengikuti Tour de France, meyakinkan Claudio Corti ~ manager Barloworld saat itu, untuk mengontrak Chris Froome dan mendaftarkan dirinya mengikuti Tour de France 2008.
Pada tahun 2009, Chris Froome mengikuti Giro d’Italia, berada di peringkat ke-36 klasemen umum dan ke-7 di kategori pebalap muda. Prestasi itu membawanya ke tim besar Sky Procycling mulai musim kompetisi 2010 sampai saat ini.
“Ia bukanlah pebalap sepeda dengan bakat fantastis, Ia memerlukan usaha dan bekerja keras untuk meraih prestasinya. Ia tidak pernah mencoba jalan pintas. Menyerah tidak pernah ada di kamusnya,” ujar Tony Harding. Kesuksesan dan etos kerja Chris Froome pasti menginspirasi pebalap-pebalap muda lainnya. “Saya juga bisa mencapai itu.”
Add comment