Dalam Jelajah Sepeda Sabang Padang kemarin hampir setiap hari peserta didera hujan. Di etape-etape awal mungkin hujan bisa ditepis karena medan jelajah berlokasi tak jauh dari pantai yang tak begitu dingin.
Memasuki etape menanjak ke pegunungan Bukit Barisan raincoat menjadi penting ~ selain menahan air hujan juga berguna menahan dingin saat jalan menurun. Ketika menurun angin menerpa deras sementara badan kita relatif tidak bergerak. Tak ada pembakaran kalori, sementara tubuh terkena terpaan angin.
Bagi yang membawa raincoat tidak masalah. Bagaimana yang tidak membawa dari awal? Atau membawa tapi lupa menitipkan ke mobil logistik? Jurus kepepet pun dilakukan.
Entah siapa yang mengawali, tiba-tiba saja tas kresek plastik ukuran besar yang biasanya digunakan untuk mengangkut nasi kotak menjadi buruan. Tas kresek itu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi mantel hujan. Mirip baju zirah sebenarnya. Hanya bermodalkan gunting yang digunakan untuk melubangi bagian “pantat” sebagai jalan masuk kepala dan pojokan kiri kanan untuk masuknya tangan, persoalan hujan teratasi.
Alhasil, warna-warni tas kresek menghiasi konvoi peserta jelajah. Sampai kemudian tren ini berlanjut ketika etape terakhir Bukittinggi – Padang akan dimulai. Waktu itu hujan masih turun di pagi hari ketika peserta akan memulai etape. Resepsionis hotel sempat dibuat bingung oleh melonjaknya permintaan plastik ukuran besar yang biasa digunakan untuk tempat sampah. Sampai-sampai disuruh langsung meminta di bagian rumah tangga.
Usut punya usut ternyata banyak peserta yang tertarik menggunakan raincoat bening ala jurus kepepet itu. Kali ini agak “sopan” karena plastiknya bening sehingga jersey Jelajah Sepeda Sabang Padang masih terlihat.
Add comment