netfit.id – Sepeda gravel menemukan jalannya sekarang-sekarang ini. Ketika medan offroad tak lagi menakutkan bagi MTB, dan medan aspal kurang menantang bagi RB, maka memadukan dua genre itu jadi solusi. Kira-kira begitu pelopor sepeda gravel berpikir lantas mengeksekusinya.

Ketka ternyata banyak yang suka, maka pabrikan pun melihat sebagai peluang untuk memasarkan sepeda persilangan MTB dan RB ini.

Lantas, konsumen pun – terutama yang baru – menjadi bingung. Pilih yang mana ya? Kali ni, bersumber dari situs Cycling Tips dan juga pengamatan Netfit.id di lapangan, berikut empat hal yang bisa netfitzen pertimbangkan sebelum meminang sepeda yang dikenal dengan nama gravel bike.

1. Bagaimana medan yang akan sering kita lalui.

Jangan bermimpi yang muluk-muluk mau gowes ke mana. Pertimbangkan dengan seksama, kira-kira paling sering mau ke mana. Seorang teman pernah membeli MTB fullsus karena awalnya ingin main offroad yang ekstrem. Setelah terbeli ternyata menyesal karena dengan MTB hard tail saja ia sudah cukup.

Jadi, mari pikirkan dengan jujur. Jika medan yang akan kita lalui lebih banyak jalan keriting halus, gravel yang dekat dengan sepeda jalan raya menjadi pilihan. Sebaliknya jika medan yang akan kita lalui lebih banyak makadam atau jalan rusak, pendekatan sepeda gunung adalah solusi.

Jika ragu-ragu? Pilih saja pendekatan MTB.

black road bike
Photo by Andrew Polezhaev on Unsplash

2. Sesuaikan geometri dengan medan dan gaya bersepeda kita.

Geometri sepeda belakangan ini berkembang dengan cepat. Jadi, berpikirlah sederhana. Yang penting diperhatikan di sini adalah trail. Istilah ini mengacu pada garis maya panjang lintasan antara garis lurus kemiringan head tube ke lintasan ban dan sumbu roda depan. (lihat gambar)

Ilustrasi trail

Semakin panjang jarak ini, semakin tinggi trail-nya. Pada kondisi ini sepeda lebih stabil pada kecepatan tinggi, namun pengendalian sepeda agak kedodoran. Sebaliknya, semakin pendek jaraknya semakin rendah trail-nya. Dalam kondisi ini pengendalian sepeda mirip dengan sepeda jalan raya (RB), namun kurang stabil pada kecepatan tinggi, dengan pengendalian yang responsif dan lebih gesit.

Kebanyakan RB memiliki ukuran trail antara 55 dan 61 mm. Ssedangkan MTB moderrn memiliki rentang antara 80 dan 100 mm.

Nah, jika medan kayuhan netfitzen campuran beton dan makadam keriting, ambil trail yang dekat ke RB. Sebaliknya, jika banyak makadam dan tanah berlumpur, ambil sepeda gravel dengan pendekatan MTB.

3. Perhatikan spesifikasi komponen

Ini berkaitan dengan nomor dua tadi. Sudah memutuskan dekat ke RB atau MTB? Nah, lanjut ke memilih penyalur tenaga ke roda (drive train) dan ban.

Ada dua pilihan drive train. Single atau double.

Jika kamu lebih banyak menghabiskan waktu di jalan mulus atau relatif keriting, medan berbukit, double jadi pilihan yang pas. Dengan memasang dua chainring,kita memperoleh rentang gir yang mumpuni buat kenceng sekaligus nanjak.

Jika medan lebih banyak di tanah dan jalan rusak bahkan makadam, maka single chainring dengan sprocket “gemuk” bisa jadi pilihan. MTB kekinian sudah mengadopsi single chainring karna kepraktisan. Bayangkan, jalanan turun makadam, terus disusul tanjakan jalan rusak, memindahkan chainring bukan ide yang bagus.

Jadi, fokus memindahkan sprocket saja.

Single dan Double Chainring (foto: bikerumor.com)

4. Ukuran pelek dan ban

Soal chainring sudah beres, bagaimana dengan ukuran ban?

Sekali lagi, bagaimana medan yang kita hadapi.

Goweser yang lebih banyak main di tanah datar gak beda jauh dengan jalan raya, tentu memilih ban ukuran 700 x 40.

Pesepeda jenis ini akan senang dengan ban dalam rentang 32 – 40, tergantung medan yang dilalui.

Nah, yang mencoba mencari tantangan lebih, tentu akan mencari tapak ban yang lebih lebar dari itu. Ada banyak cara untuk mengakomodasi hal itu. Yang populer adalah mengganti pelek dengan diameter lebih kecil, 650b. Dengan begitu akan tercipta ruang lebih leluasa untuk ban yang lebih lebar.

Kebanyakan sepeda gravel sekarang ini mengakomodasi pergantian ini. Banyak yang mengiklankan kompatibilitas untuk dua ukuran ini. Biasanya kita akan melihat bahasa seperti ini, “Max tire clearance: 700x40mm / 650x47mm”.

Ada beberapa sepeda gravel yang juga didesain untuk mengakomodasi ban dan roda besar. Sepeda Chamois Hager misalnya, bisa mengadopsi ban ukuran 700cx50mm. Ini sudah setara dengan ban sepeda gunung.

Jika netfitzen mainnya di lingkungan MTB, pastikan sepeda gravelmu mampu mengadopsi setidaknya ban ukuran 45mm. Tak masalah ukuran peleknya 650b atau 700c. Namun jika lingkungan mainnya cenderung “aspal”, 40mm sudah cukup.

Nah jika main gravelmu ke medan kasar dan jalur setapak, maka sepeda gravel yang meminjam geometri dan desain sepeda gunung sangat cocok. Namun jika jalannya “halus”, pendekatan sepeda jalan raya lebih maknyuss.

650b vs 700c (foto: salsacycles.com)

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments