pedalku.com – “21 K belok kiri, 10 K lurus” Begitu teriak marshal di sebuah pertigaan tak lama setelah pelari melewati titik 15 km.

“Bisa dikorting gak?” celetuk seorang pelari peserta 21 K.

Ketika pedalku melihat rute ke kiri itu memang bikin kesel. Jadi wajar kalau pelari tadi guyon minta karting. Gak perlu ke kiri langsung lurus ikuti rute 10K.

Betapa tidak! Setelah dihajar tanjakan di kawasan perumahan Northride, rute ke kiri itu memang turunan. Namun hanya seuprit dan di ujung turunan itu ada bundaran dan kembali ke atas alias nanjak. Total jarak “buangan” itu sekitar 100 m.

“Gelo…. Kurang kerjaan suruh turun naik,” timpal pelari lain sehabis memutari bundaran.

Meski pada ngedumel, tapi mereka dengan bergembira menuruni turunan dan memutari bundaran untuk kembali ke jalur lurusan sebelum belok kiri lagi.

Sentul Highlands Half Marathon memang menyajikan tantangan baru sesuai jargonnya, The New Challenge, pada pelari yang mengambil kategori 10K dan 21K. Tantangan baru itu berupa lari jalan raya dengan kontur naik turun.

Sebelumnya, Cak Kris sudaah membocorkan soal tanjakan pedes di artikel “Mencicipi Tanjakan Pedes di Highlands Half Marathon”. Beberapa peserta menjapri Cak Kris soal tanjakan pedes ini.

***

Meski Sentul City masuk Kabupaten Bogor, namun walikota Bogor Bima Arya yang memberikan sambutan sebelum peserta kategori HM dilepas. Bisa jadi karena Bima Arya seorang pelari juga sehingga lebih mengenal situasi. Makanya, sambutan tak bertele-tele. Dia lebih menekankan bahwa semua persiapan sudah OK.

Water station melimpah!” Bima menekankan soal itu. Beberapa pelari pun ketawa mendengar kalimat ini. Tentu mereka masih ingat dengan kasus lomba lari di Kota Bogor beberapa waktu lalu berkaitan dengan WS yang belum siap.

Usai menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, peserta kategori 21K pun dilepas pada pukul 5.15 sesuai jadwal. Lokasi start/finish ini di depan jalan masuk ke Taman Budaya Sentul mengarah ke Tol Jagorawi. Peserta dibuai turunan sampai pintu gerbang kawasan Sentul City. Yang 10K putar balik sebelum masuk kawasan “tanjakan pedes” di Cluster Northridge.

Sementara peserta 21 K masih terus menuju Masjid Andalusia, belok kiri arah Ah Poong, lalu masuk Kawasan Argenia sampai ujung jalan sebelum bertemu dengan jalan utama. Di rute ini bulat matahari menyapa pelari. Fotografer Pic2Go sudah siap dengan kameranya.

“Mas boleh foto sekarang nggak?” kata pelari yang sedang melintas menuju ke ujung jalan. Dia minta izin karena pelari yang kepotret adalah pelari yang sudah putar balik dari ujung jalan.

“Boleh, silakan …,” kata Mas Fotografer.

“Ah, gak jadi, Ntar Cuma pura-pura difoto,” kta si pelari itu tidak jadi menyeberang jalur arah sebaliknya.

Sampai di ujung jalan peserta putar balik kembali menuju Ah Poong – Masjid Andalusia dan masuk gerbang Sentul City sebelum mencicipi tanjakan pedes.

“Gowes saja mulai di sini sudah ngap-ngapan apalagi ini lari. Udah lebih dari 14 km lagi,” seorang pelari yang ternyata penggowes juga mulai melambatkan angkatan kakinya sebelum akhirnya benar-benar menghentikan larinya. Ambil napas, kemudian mulai berjalan.

Jalan menanjak halus ini ternyata menjadi intro sebuah orkestrasi bernama tanjakan pedes tadi. Memasuki Cluster Northridge pelari langsung disuguhi tanjakan bergradasi 9-an persen. Kemudian rolling beberapa kali sebelum akhirnya dibekap tanjakan bergradasi 16%.

Jika di Kota Bogor ada Kebon Pedes, maka di rute ini ada kawasan Tanjakan Pedes. Beruntung kawasan ini bukan jalanan umum sehingga jalur benar-benar steril. Mau menaklukkan tanjakan dengan berlari zigzag? Silakan.

Banyak spot menarik di sini. Fotografer Pic2Go pun ada beberapa di kawasan ini. Menariknya, peserta sudah tercerai berai dihajar tanjakan-tanjakan sebelumnya sehingga kita leluasa dijepret kamera.

Keluar dari kawasan ini langsung disambut keramaian kawasan Sentul di hari Minggu pagi. Tinggal sekitar sekiloan menuju gerbang finish.

***

Bagi pelari hore maupun nyubie, rute Sentul HHM ini benar-benar menantang. Wajar jika panitia melonggarkan cut off time (COT) untuk lomba ini. COTuntuk 21K (half marathon) adalah 4 jam, kategori 10K adalah 2,5 jam, dan kategori 5K adalah 1,5 jam.

Sien Li, salah satu peraih podium kategori 21K, pun mengakui bahwa rute HHM ini sangat menantang. “Di awal-awal sudah disuguhi turunan dan tanjakan halus yang panjang. Setelah itu tanjakan dan turunan tajam, serta rolling.”

WS melimpah seperti omongan Bima Arya bukanlah isapan jempol. Sien Li membenarkan soal itu. Petugas WS pun cukup sigap melayani pelari. Mereka menawarkan air mineral atau isotonik.

Overall bagus. Jalur cukup steril. Marshal bagus. Medali artistik. Race central bagus, dengan makanan variatif,” katanya.

Soal tanjakan pedes tadi, menarik mendengar omongan teman Sien Li. “Temen saya cerita, elevation gain FM Bali Marathon 424 m. Sementara HHM ini, HM saja 337 m.” Nah, buat pelari yang menyukai tantangan berlari di tanjakan, boleh deh mencoba HHM ini tahun depan.

Satu yang menjadi ganjalan bagi Sien Li soal lomba kali ini: verifikasi pemenang terlalu lama. Namun, menurut panitia, verifikasi pemenang memang butuh waktu. Soalnya jangan sampai tertukar. Dalam beberapa kasus, ada pelari yang tidak sesuai dengan data di BIB. Potensial pemenang juga kadang enggak datang ke tenda panitia karena memakai BIB orang lain. Ketika ditelepon tidak tersambung.

Dalam kasus lain, potensial winner dipanggil lama datangnya. Pas datang ditanya KTP ternyata enggak bawa. Harus ambil dulu.  “Jadi prosesnya memang lama,” kata sumber pedalku tadi.

***

Yang membedakan HHM dengan lomba lain adalah banyaknya terapis yang siap melemaskan otot-otot pelari. Baik yang bermasalah maupun tidak.

“Ini bayar enggak Mas?” tanya seorang pelari yang habis finish.

“Gratis Mas,” jawab terapis.

Pelari tadi kemudian duduk menunggu di samping pedalku yang sedang diterapi.

Bagi yang tak bermasalah dengan kaki, di race central banyak makanan yang siap memanjakan lidah mereka. Ada duren, batagor, cilok, es doger, kue pancong, dan macam penganan lain. Semua juga gratis.

Sementara di panggung utama band penghibur melantunkan lagu-lagu popular seperti lagu-lagunya Queen yang belum lama ini ngehits kembali berkat film bio-epic Bohemian Rhapsody.

“You had your time, you had the power ….” Lamat terdengar “Radio Gaga”-nya Queen dari atas panggung. Selamat itu pula lagu itu selaras dengan komentar Egga Wulan di IG Feednya.

“Seruuuuu, keren, petjaaahhh, race terbaik😍 segini yang 5k dibuat bergetar kaki dari turunan-tanjakan-turunan-tanjakan. Awalnya sangat sulit memahami bahwa pada dasarnya bukanlah untuk mengalahkan pelari lain. Namun, kamu akan belajar bahwa kamu sedang berkompetisi dengan suara kecil yang mau kamu menyerah. Ditunggu tahun depan untuk event sekeren ini @idea.run @highlands_halfmarathon semoga koutanya lebih banyak biar orang2 bisa ngerasa ketagihan juga sama event hari ini😘🤩 #sentulcity #highlandshalfmarathon #2019 #5kagain #bogorthecityofrunners #iderun #seru

Ya, sampai ketemu tahun depan. Sebab lomba ini akan dijadikan event tahunan, sebagai bagian dari destinasi sport tourism atau wisata olah raga di kota ini khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments