Setelah menjalani tujuh etape dengan dua etape terakhir menguras tenaga, para peserta Jelajah Sepeda Sabang Padang memperoleh satu hari jeda. Hampir semua memanfaatkannya dengan mencuci dan menjemur pakaian, terutama jersey dan celana sepeda.
Adi, salah satu peserta dari Jakarta, memanfaatkan untuk membongkar BB ~ bottom bracket ~ sepedanya yang berbunyi mulai etape keempat. Sementara yang lain menggunakan waktu kosong untuk istirahat.
Hari jeda dimanfaatkan pula oleh panitia untuk membawa peserta keliling Danau Toba sembari menebar benih. Uang pembelian benih diperoleh dari iuran para peserta semenjak etape Calang – Meulaboh. Terkumpul hampir 5 juta rupiah yang berubah menjadi 15 ribu ekor ikan nila.
Menggunakan satu perahu dek tingkat, menjelang siang hari peserta bertolak ke tengah Danau Toba. Ada tiga titik pelepasan, salah satunya di depan boneka raksasa berwujud Sigale-gale. Boneka ini dibuat untuk menyambut Festival Danau Toba selama seminggu mulai tanggal 8 September.
Ada yang membuat beberapa peserta ketakutan saat penebaran benih. Abad digital membuat semua orang ingin terabadikan dalam sebuah bingkai foto. Jika tidak bisa memotret diri sendiri, maka menitipkan kamera ke teman menjadi solusi. Nah titik penebaran di kapal berada di sisi kiri, kanan dan depan.
Ketika panitia memberi aba-aba kepada sisi kanan untuk menebar benih, otomatis sebagian besar penumpang berpindah di sisi kanan. Alhasil kapal menjadi sedikit miring. Toh hal itu tak mengurangi keceriaan peserta. Bahkan di saat menuju ke titik berikutnya para peserta asyik berfoto-foto di dek atas. Nah saat penebaran terakhir tepat di depan boneka Sigale-gale.
Boneka Sigale-gale terbuat dari kayu. Konon dibuat dari Hau Pokki ~ kayu pokki, umumnya dikenal dengan sebutan kayu ulin atau kayu besi. Boneka Sigale-gale memiliki wujud manusia yang diberi pakaian ulos Batak dan ikat kepala. Ada beberapa cerita legenda mengenai asal-muasal boneka Sigale-gale. Salah satunya menceritakan mengenai kesedihan Raja Rahat yang ditinggal anak satu-satunya, Pangeran Manggale yang gugur dalam peperangan saat berusia belasan tahun. Boneka itu bisa digerakan untuk manortor ~ menari tor-tor. Karena gerakannya yang lemah dan seolah tak bertenaga, boneka itu akhirnya dinamai Sigale-gale.
Sepanjang tujuh etape peserta sudah melintasi Sabang, Banda Aceh, Calang, Meulaboh, Blangpidie, Tapaktuan, Subulussalam, hingga masuk Samo sir. Sudah hampir 800 km jarak yang ditempuh. Masih ada sekitar 700 km di depan.
Add comment