Ternyata Jakarta menarik bagi pelari ultra. Hajatan Jakarta Ultra 100 direspon banyak pelari dengan klasifikasi pelari ultra. Sekitar 200 pelari ultra akan berlomba di event yang akan digelar Sabtu-Minggu, 28-29 November 2015. Para pelari yang berdatangan dari Jakarta, Nias, Ambon dan Papua tersebut akan memperebutkan piala yang disiapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Sampai dengan ditutupnya pendaftaran, tercatat lebih dari 60 pelari ultra ambil bagian untuk kategori single atau berlari 100 kilometer seorang diri. Selebihnya, sekitar 20 orang berlari pada kategori relay 2×50 kilometer dan hampir 100 orang berlari pada kategori relay 4×25 kilometer. Pelari ultra adalah adalah sebutan bagi mereka yang telah berlari dengan jarak melebih lari marathon, atau di atas 42.195 kilometer.

Lomba lari ini dimaksudkan sebagai kegiatan yang akan rutin diadakan di ibukota negara dan menjadi salah satu ikon olah raga Indonesia. Sebagai kota besar di kawasan regional, sudah saatnya Jakarta memiliki ajang olah raga ekstrem yang terkalkulasi keamanannya. “Pada kesempatan pertama ini juga tercatat peserta dari luar negeri, yaitu Kenya dan Amerika Serikat,” ujar Andre Ismangun, Race Director Jakarta Ultra 100, dalam jumpa pers hari Rabu ( 25/11). Peserta dalam negeri pun tercatat dari luar Jakarta, antara lain dari Nias, Ambon dan Papua.

 

Lomba lari ini dijadwalkan pada 28-29 November 2015 dengan Cut of Time (COT) 18 jam. Flag off akan dilakukan pada pukul 18.30 di pelataran fX Sudirman, Senayan Jakarta yang ditetapkan sebagai area start dan finish. Setiap pelari akan kembali kemari dan mulai start ruas berikutnya dari sini. “Lokasi yang strategis ini memudahkan kontrol terhadap pelari untuk menyelesaikan satu ruas dan meneruskan ruas berikutnya,” ujar Denny Maruhum Pasaribu, Vice President Commercial and Marketing fX Sudirman.

Tujuan utama dari lomba lari ini selain untuk memenuhi keinginan pelari berlari ultra di Jakarta, juga untuk menjadikan kota Jakarta semakin dikenal dunia dan menjadi destinasi wisata olahraga. Tentu saja sekaligus mempromosikan Jakarta dan juga gaya hidup sehat melalui olahraga lari. Kota Jakarta sendiri memiliki beragam keunikan yang layak mendapat perhatian dunia. Di antaranya sejumlah heritage spot berupa bangunan bersejarah dengan arsitektur bernilai tinggi, monumen-monumen dengan kisah sejarah dan simbolisasinya serta keragaman kultur dan etnis yang berbaur.

Tujuan tersebut diterjemahkan dengan rute lari atau course yang mengarah ke lima penjuru kotamadya di Jakarta, dengan ketinggian rata-rata Jakarta adalah 5-50 m di atas permukaan laut. Pelari ditantang untuk menyesuaikan diri berlari pada suhu Kota Jakarta yang umumnya beriklim panas; maksimum berkisar 32,7°C – 34,°C pada siang hari, dan minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 – 78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik – 2,5 m/detik. “Kami melakukan beberapa kali survey untuk konfirmasi course sehingga akurat dan aman bagi pelari,” ujar Sitor Situmorang, salah satu pelari ultra Indonesia yang juga menjadi penggagas acara ini. Sitor dan tim sudah menyiapkan lintasan yang harus diselesaikan oleh para peserta Jakarta Ultra 100K dengan COT 18 jam tersebut.
Kegiatan ini juga didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menyediakan piala bagi para juara.(*)

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments