Netfit.id, Sentul – Sudah lama sebenarnya KM 0 menjadi destinasi bagi pesepeda penggemar jalur nanjak. Awalnya para pesepeda dari komunitas IPDN ( Ikatan Pesepeda Djalur Nanjak) yang memperkenalkan jalur ini, hingga saat ini menjadi jalur pembuktian diri atau “gurah” dengkul.

Lokasi yang tak jauh dari Jakarta, bisa ditempuh dengan cara langsung gowes dari Jakarta maupun loading sepeda di Sentul City, membuat lokasi ini jadi pilihan utama latihan gowes nanjak warga Jakarta dan sekitarnya. Kebanyakan netfitzen melakukan pilihan kedua yaitu loading sepeda di kawasan Sentul City, kemudian dilanjutkan dengan gowes nanjak ke KM 0.

Seperti yang dipilih Yogo dari komunitas MBR saat berbincang dengan Netfit.id, akhir pekan lalu. “Kami loading dulu di Sentul dari Tanjung Priok, baru nanjak ( ke KM 0 ). Supaya masih seger nanjaknya,” kata Yogo.

Ada juga komunitas yang mulai start dari Bogor, seperti yang dilakukan oleh komunitas dari Pusdik AD. Mereka start dari Air Mancur – Bogor langsung menuju ke KM 0.

Jalur menuju KM 0 bisa dilewati dari dua sisi. Sisi pertama adalah via Rainbow Hill, jalur ini lebih bersahabat dan tanjakannya ngangenin. Bagi mereka yang sudah beberapa kali lewat Rainbow Hill tanpa halangan, pasti penasaran untuk mencoba jalur Bojong Koneng. Jalur ini lebih membutuhkan power dan endurance.

Dan ternyata, justru saat pandemi sekerang ini, tempat ini makin banyak diminati. “Selama pandemi ini setiap hari ramai, dulunya mah cuma hari Sabtu-Minggu,” tutur Mama Alu, pemilik warung Pak Jalu yang merupakan warung pertama di KM 0.

Warung yang awalnya hanya sendiri dan terkenal dengan menu khasnya, teh jahe itu, kini banyak mendapat saingan dari warung-warung lain serta cafe & resto yang mulai bermunculan belakangan ini. “Kami tetap optimis, meski pandemi tetap ada banyak berkah di sini,” lanjut Mama Alu.

Warung Mama Alu
Warung Mama Alu, warung pertama di KM 0

Dengan makin ramainya KM 0, memaksa Ocha pengelola cafe & resto Taman Teman mengubah strategi. “Kami ubah konsepnya dari semula vila & resort Esamala Hill menjadi cafe & resto Taman Teman yang buka tiap hari.”

Perubahan konsep yang dilakukan sejak 2 bulan lalu ternyata membuahkan hasil positif. “Kafe kami selalu penuh pengunjung. Kebanyakan sih, dari Jakarta.”

Selain Taman Teman muncul juga resto yang kini menjadi tujuan para pegiat olahraga lari dan sepeda, yaitu Omah Oemar. Sejak dibuka setahun yang lalu, tempat ini hanya rame dikunjungi setiap Sabtu-Minggu. Tetapi pada masa pandemi ini tidak hanya Sabtu dan Minggu saja, setiap hari selalu dipenuhi pengunjung.

Irwan Kuswandi yang biasa dipanggil Iwang, salah satu penggiat olahraga sepeda dan lari, dua bulan terakhir ini disibukkan dengan Imah Badui-nya yang mulai membuka garden resto dengan konsep Unique & Homey.

Awalnya tempat ini menjadi tempat kumpul para explorer yang akan melakukan trekking ke Pondok Pemburu atau Cisadon. “Kami hanya buka Sabtu & Minggu dan selalu dipenuhi oleh komunitas trekking,” kata Iwang. Kini garden resto yang hanya buka Sabtu dan Minggu ini selalu dipenuhi oleh para explorer setelah mereka selesai melakukan trekking.

Di balik “teror” dasyat virus Corona di tengah masyarakat yang ikut melumpuhkan sendi-sendi ekonomi, di KM O justru sebaliknya. Di tempat ini perputaran uang justru tampak menggeliat dan terjadi setiap saat, bukan hanya saat akhir pekan saja.

Tetap semangat dan apapun harus jaga kesehatan dengan selalu menjalani protokol Covid-19. #IngatPesanIbu

Agung Hartanta

Penggemar olah raga sepeda, lari dan sepakbola. Menulis sebagai kegiatan untuk membagi kebaikan kepada sesama.
** follow Instagram

** Subscribe Youtube

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments