Netfit.id – Memakai sepatu bot dan jaket tebal, Pattahullah tampak menikmati hasil panen gratisnya di tengah hutan. Ulla, biasa dirinya disapa, pria 27 tahun asal Bawakaraeng, Sulawesi Selatan memang biasa memanen madu hutan secara gratisan.
Ulla mungkin bukanlah nama yang cukup familiar di dunia lari trail Indonesia. Pada 27 November lalu, dirinya bersama Rahmat, rekan sesama asal Sulawesi Selatan, menjajal keganasan rute Gede Pangrango dalam event FKT Gede Pangrango Challenge 2020.
Secara luar biasa, keduanya masuk empat besar dalam leaderboard sementara hingga tulisan ini dibuat. Bahkan Ulla yang mencatatkan waktu 4 jam 37 menit hanya tertinggal sekitar satu menit saja dari Arief Wismoyono, pelari tercepat saat ini.
Pengalamannya menjelajah Gunung Bawakaraeng yang memiliki ketinggian sekitar 2.845 mdpl ini dan terletak di wilayah Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan menjadi bekalnya. Ajang latihan alami yang mengasah kemampuannya berlari di alam bebas.
“Saya biasa berangkat pagi, sore kadang baru pulang. Pernah juga menginap di hutan,” lanjut bapak muda dengan satu anak ini. Dia biasa memanen madu. Madu hutan Bawakaraeng berwarna bening sedikit gelap. Jika sedang musimnya, saya bisa mendapatkan sampai 50 kg dalam bulan-bulan tersebut. Harga per kilonya biasa dijual sekitar Rp150 ribu. Musim hujan seperti saat ini sepertinya madu lumayan berkurang,” katanya.
Gunung Bawakaraeng lumayan dekat dengan kawasan wisata Malino, sebuah tempat yang mirip Puncak di Jawa. Secara ekologis, gunung yang menjadi favorit di kalangan pendaki asal Makassar tersebut memiliki fungsi strategis karena menjadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, dan sekitarnya.
“Jika akhir pekan atau sedang hari libur nasional, bisa hampir ribuan yang naik,” terang Ulla yang kadang membantu orang tuanya berdagang di jalur pendakian. “Jika sedang sepi pendaki, kami berkebun kopi.”
Pakai sepatu “Road”
“FKT Gepang, saya dan Pattahullah memiliki keuntungan dan kekurangannya masing-masing. Saya dihadapkan dengan cuaca kurang bagus (badai), Pattahullah cerah. Keuntungan saya ada tim support, dan Pattahullah unsupported,” tulis Arief Wismoyono dalam Instagram story-nya baru-baru ini.
Datang ke Jakarta hari Rabu (25/11), Ulla dan Rahmat langsung menjajal rute Gede Pangrango di keesokan harinya. “Daripada buta, lebih baik saya coba dulu rutenya,” jelas Ulla yang diaminkan Rahmat. Tentu saja tubuh mereka masih butuh pemulihan setelah mendaki dua gunung Pangrango (3.019 mdpl) dan Gede (2958 mdpl) dari Cibodas di hari Kamis.
Jumat (27/11), Ulla berhasil menyelesaikan FKT Gede Pangrango dengan waktu 4 jam 37 menit 15 detik dan berhak menjadi pemilik FKT unsupported teranyar memecahkan waktu Muhammad Yusuf Aprian (4 jam 45 menit 55 detik). Menariknya, baik Ulla dan Rahmat memilih memakai sepatu road. “Sepatu trail yang saya bawa kegedean,” sebut Ulla. Rahmat sendiri menuntaskan challenge ini lebih cepat tujuh menit dari catatan Arief Wismoyono dalam percobaan pertamanya itu.
Baik Ulla dan Rahmat terpilih mewakili Makassar setelah keduanya menjadi yang tercepat dalam Lembana Bawakaraeng Challenge, sebuah event yang digagas komunitas Trail Runners Makassar. “Acara tersebut juga menjadi semacam seleksi untuk menentukan siapa pelari yang akan kami kirim ke acara FKT Gede Pangrango Challenge,” jelas Hendro Wibowo, salah satu senior di komunitas tersebut.
“Saya harus segera pulang kembali ke Makassar. Madu bisa rusak jika tidak segera dipanen,” ungkap Ulla. Rahmat pun tidak bisa berlama-lama di Cibodas, dirinya harus merawat ibunya yang masih dalam perawatan usai terjatuh hingga patah kaki. Keduanya berjanji akan kembali lagi ke Cibodas di bulan Desember ini.
Leaderboard FKT Gede Pangrango 2020 per 1 Desember 2020
Laki-laki:
- Arief Wismoyono (4 jam 36 menit 5 detik)
- Pattahullah Pattahullah (4 jam 37 menit 15 detik)
- Muhammad Yusuf Aprian (4 jam 45 menit 55 detik)
Perempuan
- Ruth Theresia (5 jam 35 menit 40 detik)
Add comment